Tradisi Syawalan berbagi kupat jembut, menurutnya tak hanya berlangsung di Kelurahan Jaten Cilik. Dulu, pernah juga dilakukan warga masyarakat di beberapa Kelurahan wilayah Kota Semarang.
“Termasuk diantaranya beberapa kampung di Kelurahan Pedurungan Tengah, juga daerah Sendangguwo atau daerah yang berada di sisi timur Kota Semarang. Namun demikian, hingga Lebaran tahun ini yang melestarikan tinggal di Jaten Cilik dan Pendurungan Tengah,” terang dia.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Jajanan Khas Solo yang Wajib Kamu Coba saat Mudik Lebaran
Hal itu juga dibenarkan Ketua RW 1 Kelurahan Pedurungan Tengah, Wasihi Darono. Disebutkan, generasi sekarang sudah tidak banyak yang melestarikan tradisi berbagi kupat jembut, karena sudah tidak memahami maknanya.
“Tinggal segelintir warga yang mengetahui, selain bermakna simbolik kesederhanaan hidup. Berbagi kupat jembut juga sebagai simbul perjuangan rakyat melawan kolonial penjajahan Belanda,” terang Wasihi Darsono kepada awak media yang menemuinya.
Dia sebutkan, tradisi berbagi kupat jembut selama ini memang dilakukan orang tua kepada anak-anak dikampungnya. Selain mendapat kupat jembut, anak-anak juga dikasih uang sebagai syareat berbagi fitrah Lebaran dari orang tua kepada anak-anak.
Baca Juga: 4 Kuliner Pedas Recommended yang Wajib Kamu Cobain saat Mudik Lebaran di Solo
Ternyata bukan hanya warga dari berbagai daerah lain yang penasaran terhadap kupat jembut, sejumlah warga yang bertempat tinggal di Ibu Kotanya Jawa Tengah ini, juga tak sedikit yang mengaku belum mengetahuinya.
Terbukti dari postingan video berbagi kupat jembut yang diunggah akun instagram @infokejadiansemarang, hanya dalam hitungan hari telah mendapat tanggapan dan komentar responsip netizen.