Apa Beda 1 Suro dengan 1 Muharam? Simak Penjelasannya

- 29 Juli 2022, 10:05 WIB
Kirab Kebo Bule malam 1 Suro di Keraton Kasunana Surakarta.
Kirab Kebo Bule malam 1 Suro di Keraton Kasunana Surakarta. /Karanganyarnews.com

KARANGANYARNEWS – Banyak yang masih bingung beda antara 1 Muharam dan 1 Suro. Tidak heran karena kedua momen jatuh pada hari yang sama.

Keduanya, 1 Muharam dan 1 Suro, bisa disebut sama. Tapi juga bisa disebut sebagai dua peristiwa yang beda, terutama terkait latar belakang sejarah.

Dalam kalender hijriah, bulan Suro disebut sebagai bulan Muharam. Nah, tahun baru 1 Muharam 1444 H atau 1 Suro jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.

Baca Juga: Jadwal Kirab Malam 1 Suro 2022 di Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran Solo, Lengkap dengan Panduan Busana

Dalam tradisi Islam, 1 Muharram menandai awal hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makah ke Madinah. Sementara meurut tradisi Jawa, tanggal 1 Muharram adalah malam 1 Suro.

Tanggal 1 Muharam sekaligus merupakan hari suci karena menandai resolusi kalender Islam. Namun, dalam tradisi Jawa 1 Muharam melalui peringatan 1 Suro justru lebih kental dengan suana sakral dan mistis.

Secara umum, 1 Muharram dan 1 Suro adalah sama. Keduanya menadi beda karena masalah penyebutan dan tradisi yang mengiringinya.

Baca Juga: Usai Jalani Karantina karena PMK, Kerbau Kyai Slamet Siap Dikirab Pada Malam 1 Suro

Diketahui 1 Muharram merupakan awal tahun baru hijriah, sedangkan 1 Suro adalah awal darii dimulainya kalender Jawa, yaitu bulan Suro.

Nah, 1 Suro ini dianggap bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriah. Padahal,  keduanya sebenarnya tidak jatuh bersamaan karena ditentukan dua kalender berbeda.

1 Suro sebagai awal bulan dalam kalender Jawa pertama kali diciptakan oleh Raja Mataram Islam, Sultan Agung Hanyokrokusumo periode 1628-1629.

Baca Juga: Pimpin Sertijab Kasat dan Kapolsek, Kapolres Wonogiri Singgung Malam 1 Suro. Ada Apa..?

Saat itu, Kerajaan Mataram mengalami kekalahan di Batavia. Kekalahan atas VOC membuat, pasukan Mataram terbagi dalam berbagai keyakinan karena masifnya penyebaran Islam di Jawa.

Untuk merangkul golongan yang terpecah, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Sultan Agung pun mengubah Kalender Saka (kalender Jawa dan Hindu) sesuai dengan penanggalan Islam.

Baca Juga: Mitos dan Pantangan Malam 1 Suro, Salah Satunya Tidak Boleh Menggelar Hajatan

Mengapa malam 1 Suro menjadisakral? Tidak lain karena sebagian masyarakat Jawa yang masih bersifat paganistik Hindu. Nuansa animisme dan dinamisme bahkan masih terlihat.

Kemistisan malam 1 Suro juga dipengaruhi beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Salah staunya budaya keraton Mataram yang selalu menggelar atau ritual peringatan  malam 1 Suro.

Ritual malam 1 Suro itu diwariskan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi sampai kini, termasuk Kasunanan Surakata, Kasultanan Yogyakarta, Pakualaman Yogyakarta, dan Mangkunegaran Surakarta.

Baca Juga: Mitos Hujan Saat Imlek Bawa Rezeki Melimpah Setahun Mendatang? Begini Penjelasannya

Malam 1 Suro hingga kini dimaknai sebagai malam sakral, penuh mistis. Sehingga untuk menyambutnya dilakukan berbagai upacara dan ritual penuh klenik.

Nama-nama bulan dalam penanggalan Jawa berasal dari serapan bahasa Arab yang disesuaikan dengan budaya Jawa.

Ke-12 bulan dalam penanggalan Jawa itu, adalah Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, dan Besar.

Baca Juga: Misteri dan Mitos Gunung Merapi, dari Pasar Bubrah hingga Kerajaan Gaib di Puncak

Tanggal 1 Suro berbeda sehari lebih lambat dari tanggal jatuhnya 1 Muharram. Sebab sistem pergantian hari dalam penanggalan Jawa dimulai saat matahari terbenam, bukan pada tengah malam.

Dengan kata lain 1 Suro biasanya diperingati pada malam setelah maghrib.Artinya, setiap lepas Magrib sudah dimulai hari baru menurut kalender Jawa.***

.

Editor: Ken Maesa Pamenang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x