Imbauan BMKG : Ada Potensi Longsor dan Banjir Bandang di Pasaman Barat Pasca Gempa

1 Maret 2022, 13:57 WIB
Ilustrasi banjir bandang /Pixabay

KARANGANYARNEWS - Warga Pasaman Barat yang tempat tinggalnya berjarak 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi. Imbauan itu disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingat adanya potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1 beberapa waktu lalu.

"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Selasa, 1 Maret 2022.

Dwikorita dalam keterangan resminya mengatakan, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.

Baca Juga: Gempa di Pasaman, Jumlah Bertambah dan Ditemukan Tertimbun Longsoran

Berdasarkan monitoring tim BMKG, sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.

"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," ujar Dwikorita sebagaimana dilansir KaranganyarNews dari AntaraNews.

Lebih lanjut Dwikorita menyebut, saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.

Baca Juga: Gempa M 6,1 di Pasaman Barat, Ini Jumah Korban dan Dampaknya

Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai.

Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.

Pasalnya, bendung tersebut sewaktu-waktu dapat jebol bila air terus terakumulasi dan menekan, seiring dengan peningkatan curah hujan.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 5.5 di Banten Terasa Kuat Sampai Jakarta, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

BMKG secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.

"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," kata Dwikorita. ***

Editor: Abednago Afriadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler