KARANGANYARNEWS - Ketegangan warga Desa Wadas kian mereda, puluhan warga yang sempat ditahan polisi, juga sudah beraktifitas sebagaimana kehidupan keseharian mereka.
Tak terkecuali para perempuan yang tergabung dalam Wadon Wadas, komunitas para ibu rumah tangga yang tetap gigih memperjuangkan penolakan eksploitasi lingkungan hidup, penambangan batuan besar-besaran di desanya.
Urip, salah satunya. Ibu rumah tangga berusia 41 tahun ini sejak seusai sholat Subuh dan bersih-bersih rumahnya, bergegas memulai rutinitas aktifitas urusan dapurnya.
Baca Juga: Buntut Konflik Desa Wadas, Twitter Ganjar Dibanjiri Kritik Pedas
Ibu tiga anak ini duduk di balai bambu, mengupas berambang dan bawang putih. Suara kokok ayam kampung jantan dan ayam hutan hijau yang bersahut-sahutan, menemaninya memasak sayur bobor teruntuk sarapan suami dan anak-anaknya.
Pada waktu yang sama, Tukidi, 55 tahun, suaminya juga bergegas berangkat mengambil badek, air hasil sadapan pohon aren yang akan diolah menjadi gula Jawa yang sering disebut juga gula merah.
Empat pohon aren tempatnya menderas tuak, tumbuh di Alas (sebutan lahan pertanian miliknya) tak jauh dari tempat tinggalnya di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Baca Juga: Proyek Desa Wadas Tetap Jalan, Ganjar Jamin Tak Akan Ada Kekerasan
Tetesan badek dari ujung tandan bunga jantan pohon aren yang dipotong, dia tampung dalam bumbung. Setelah sekitar 12 jam, badek harus diambil setiap pagi dan sore hari.