Jeritan Wadon Wadas Dibalik Konflik Megaproyek Bendungan Bener

- 10 Februari 2022, 11:01 WIB
Aksi Wadon Wadas menolak eksploitasi penambangan batu besar-besaran di desanya, menuntut pelestarian lingkungan hidup teruntuk anak cucunya kelak
Aksi Wadon Wadas menolak eksploitasi penambangan batu besar-besaran di desanya, menuntut pelestarian lingkungan hidup teruntuk anak cucunya kelak /projectmultatuli.org/

Bila terlambat mengambilnya, badek rusak tidak bisa diolah menjadi gula aren. Karena itulah, “Walaupun hujan turun, ya tetap harus diambil,” kata Tukidi sebagaimana ditulis projectmultatuli.org.

Setiap turun dari satu pohon, dia membawa pulang bumbung berisi badek dan diletakkan di dapur. Setelah semua terkumpul, Urip istri Tukidi yang mengambil kendali, menuangkannya ke sebuah panci besar berukuran sekitar 20 liter. 

Baca Juga: Kapolda Bebaskan 64 Warga Wadas Hari Ini,   Polisi Tidak Pernah Mengepung Masjid

“Sepertinya hasil badek hari ini tidak sebanyak kemarin,” kata Urip berkeluh kesah. Badek yang diambil kemarin sore dan sudah dimasak setengah matang,  disatukan dengan hasil sadapan hari ini. Urip merebusnya hingga menyisakan sepertiga dari volume awal, setelah cairan itu mulai mengental. 

Setelah enam jam berlalu, Urip menurunkan panci dari tungku karena badek mulai mengental. Dengan menggunakan siwur, ia menuangkannya ke cetakan yang terbuat dari batok kelapa dibelah dua, proses ini disebutnya nitis. 

Hari ini, badeg hasil sadapan suaminya menghasilkan 18 bongkah atau biji gula aren, totalnya seberat 9 Kg gula Jawa siap jual. Harga gula aren setiap 1 Kg saat ini, menurut Urip Rp 18.000.

Baca Juga: Duh, Siswi SMP di Wonogiri Berhubungan Intim dengan 7 Perjaka

Memproduksi gula aren, sebagaimana setiap hari dilakukan pasangan keluarga Tukidi-Urip juga sebagian besar warga Desa Wadas lainnya, mereka anggap tak sekedar rutinitas penghasil rupiah.

Kearifan lokal warisan nenek moyang yang hingga sekarang tetap ditekui ini, diyakininya juga sebagai isyarat keharusan menjaga kelestarian alam semesta. Selebihnya, juga merupakan filosofi betapa kuat dan eratnya harmonisasi alam dengan manusia. 

"Selama kita mau menjaga dan merawat kelestarian alam semesta, Gusti Allah pasti akan memberikan kebutuhan hidup umat manusia," kata Tukini menyampaikan pesan pelestarian alam semesta dari kakek neneknya. 

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah