Di sepanjang Jln Pahlawan, saya melihat sejumlah Ormas dan institusi lainnya memberikan pelayanan bantuan kepada warga NU. Halaman rumah mereka diperuntukan parkir kendaraan, toilet mereka dibuka teruntuk yang membutuhkan.
Saya juga menyaksikan gambar para tokoh dan yang merasa tokoh di sepanjang jalan menuju lokasi resepsi Harlah 1 Abad NU, berbagai ukuran dan gaya. Baleho dan benner yang memajang gambar para tokoh dan mereka yang merasa tokoh, menjadi sisi lain perhelatan akbar ini.
Ada Ketum Parpol, ada legislator berbagai level, ada calon legislator, ada pejabat, ada juga Banom NU dan muassis NU walau tidak menonjol. Kita tidak perlu negatif thinking, prejudice dan menjudge para tokoh yang terpampang dalam gambar tesebut.
Baca Juga: Layak Jadi Rollmodel, Sinergitas Muhammadiyah dan NU Demi Kemaslahatan Umat
Kita harus khusnudlon atau positif thinking, NU itu memberikan berkah. NU itu layak dicintai, karenanya logis jika banyak yang mencintainya.
Mereka yang berduyun-duyun datang menyaksikan langsung dengan tenaga dan keringat ke acara resepsi Harlah, adalah para pencinta dan ingin memadukan cintanya dengan sesama penyinta.
Demikian pula mereka yang datang dengan baleho, poster dan bener, dengan cukup tersenyum manis seraya melambaikan tangan juga para pencinta jam'iyyah yang didirikan para ulama pondok pesantren.
Baca Juga: Gunung Merapi Hari Ini Luncurkan Awan Panas, Tamansari dan Musuk Diguyur Hujan Abu
Rasanya terasa menyelisihi keinginan para muassis jam'iyyah ini, jika kita negatif thinking dan prejudice melihat gambar-gambar tersebut. Apalagi mengatakan, bahkan terkonotasi menuduh diantara gambar tersebut mendominasi dan sarat interest politis.
Termasuk juga, jikalau kita menyoal masalah busana yang dipakainya dalam foto-foto besar tadi. Seperti surban misalnya, dikarenakan sebelumnya mereka tidak pernah mengenakan surban.