Bangkit Setelah 43 Tahun Stagnasi, Wayang Sandosa Gelar Lakon Bhagawat Gita

- 16 April 2024, 16:05 WIB
Wayang Sandosa Sasono Mulyo akan menggelar lakon Siluet Bhagawat Gita Taman Budaya Surakarta, Kamis 18 April malam
Wayang Sandosa Sasono Mulyo akan menggelar lakon Siluet Bhagawat Gita Taman Budaya Surakarta, Kamis 18 April malam /Foto: Dok. Wayang Sandosa Sasono Mulyo/

KARANGANYARNEWS - Bangkit setelah 43 tahun staknasi, Wayang Sandosa akan menggelar  Siluet Bhagawat Gita.  Shadow Play Sandosa Sasono Mulyo yang melibatkan seniman multitalenta ini, akan dihelat di Taman Budaya Surakarta, Kamis 18 April 2024 mulai pukul 19.00 Wib. 

“Pentas kali ini sekaligus sebagai untaian  doa yang dipersembahkan teruntuk almarhum Mahaguru Bapak Gendon SD Humardani dan  almarhum Ki Empu Blacius Subono S.Kar. M.Hum,” kata Ki Johanes Sujani Sabdoleksono,S.Kar, penulis lakon Siluet Bhagawat Gitakepada wartawan.

Disebutkan, karya seni sebagai ekspresi rohani yang wigati, buah permenungan olah jiwa dan rasa. Paguyuban Shadowplay Sandosa Sasono Mulyo, menurutnya sebagai reinkarnasi cikal bakal Sandosa Sasono Mulyo yang tercipta 43 tahun  lalu, tepatnya tahun 1981.

 Baca Juga: Ketupat Lebaran Syawal: Akulturasi Budaya Humanis Hindu Budha dan Islam

Kala itu, para cantrik ASKI PKJT Taman Budaya Komplek Sasono Mulyo yang tidak terlibat lawatan seni luar negeri ke Durham, Inggris, memproses garapan pencarian bentuk Pakeliran Berbahasa Indonesia.

"Lewat lakon Wibisono Tundung yang kami terjemahkan dari naskah pakeliran padat karya Ki Bambang Suwarno, staf pengajar Jurusan Pedalangan ASKI Surakarta," cerita Ki Sujani kepada wartawan, Senin 15 April 2024.

 

Curahan Inovasi Pakeliran

“Dalam proses garapan kreatif disertai pencarian panjang, hingga terciptanya bentuk sementara Pakeliran Berbahasa Indonesia yang kemudian secara spontan oleh almarhum Mas Hajar Satoto disebutnya sebagai Sandosa,” terangnya.

 Baca Juga: Falsafah Filosofi Reliqius Ketupat Lebaran, dalam Budaya Jawa

Bagi Ki Empu Dr. Bambang Suwarno, S.Kar, M.Hum, Sandosa merupakan suatu bentuk pakeliran terbaru setelah pakeliran padat. Wayang dimainkan beberapa dalang, jangkauan kelirnya minimal 6 meter hingga  8 meter,  tinggi kelir mencapai 3 meter.

Untuk mengisi ruang, kelir menjadi kanvas. Yang menggerakkan kalau bukan pendesain wayang dan bukan seorang kreator wayang, tidak punya ide untuk mengisi itu.

"Karena itu akan menjadi lukisan gerak, siluet bayangan. Jadi siluet itu adalah wayang kulit purwa. Makanya jaman dulu kalau nonton wayang kulit purwo itu di belakang kelir.”  kata Ki Bambang Suwarno, menambahkan.

 Baca Juga: Grebeg Syawal Keraton Surakarta, Sejarah dan Filosofi Dibalik Kemeriahannya

Sementara itu menurut Ki Purbo Asmoro, S.Kar, M.Hum, Sandosa merupakan sebuah curahan inovasi pakeliran menatap masa depan yang  bergulir menjangkau waktu.

Dia sebutkan, sebagai wadah ide kreatif, penjaga substansi wayang yang Kehadirannya memberi warna baru dan memukau. Yakinlah, generasi penerus akan menjagamu.

 

Sinopsis Lakon Siluet Bhagawat Gita

Menurut Dedek Wahyudi,  istilah Sandosa telah dikenal di kalangan mayarakat luas terutama kalangan masyarakat seni. Baiak bagi sebagaian seniman teater, wayang orang, tari, maupun dunia film, telah terinspirasi oleh bentuk sajian Sandosa.

 Baca Juga: Berebut 3 Kuintal Ketupat: Catat tanggal dan Kehebohannya, Grebeg Syawalan Bukit Sidoguro Klaten

Dikatakan, mereka mengangkat sandosa sebagai bagian dari adegan lakon yang digarapnya. Dicontohkan dalam  drama wayang Swarga Loka Jakarta, wayang orang, tari, dan sebagainya.

 Sementara menurut ST Wiyono, S.Kar,  Sandosa yang tercipta waktu itu merupakan karya baru yang disebut hasil kreativitas seniman.  Diharapkan karya kreatif ini dapat terus tumbuh, hidup dan berkembang mengikuti perkembangan jaman yang cepat berubah.

Wayang Sandosa Sasono Mulyo ini didukung para seniman muda kreatif dosen ISI Surakarta, sejumlah padepokan,  sanggar seni, Nurroso, Ciptaning, Mayangkara, Dedek Gamelan Orchestra, Artxiat Gamelan, Sahita dan lainnya.

 Baca Juga: Uang Fitrah Lebaran Anak, Bolehkan Dipakai Orangtuanya? Begini, Menurut Syariat Islam

Sinopsih lakon Siluet Bhagawat Gita ini, menceritakan dua insan bersaudara, Karna dan Arjuna Putra Bunda kunti, cinta kasih berdua hilang hanyut dalam hamparan gersang terhalang tonggak batu karang. Penghadang hadirnya cinta kasih, hidup tanpa cinta tanpa saling menyapa.

Perang, ladang persemaian benih pertikaian dan permusuhan. Perang sesungguhnya wujud nyata petaka kemanusiaan, hidup damai bersaudara menjelma menjadi permusuhan berebut menang demi harta dan kuasa.***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah