Wajib Dihindari, Inilah 7 Ancaman Memutuskan Silaturahmi

29 April 2022, 02:50 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. /dok pribadi/

Ngaji Bareng |.| Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.

SEBAGAI makhluk sosial, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Seluruh umat manusia, harus  berinteraksi dengan orang lain. Di antara interaksi yang diatur dalam syariat Islam, adalah silaturahmi.

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, menjalin silaturahmi hukumnya wajib dan memutuskannya dosa besar. Hal ini berdasarkan perintah Allah Azza wa Jalla sebagaimana dalam firman-Nya; “Dan (peliharalah) hubungan silaturahim” (QS. an-Nisa’: 1).

Silaturahmi juga termasuk perkara yang diperintahkan Rasulullah SAW. Bahkan, perintah ini sudah diketahui oleh orang-orang yang memusuhi beliau. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memberitakan Abu Sufyan (yang saat itu masih kafir) pernah mengatakan kepada Raja Heraklius tentang dakwah Nabi, dia berkata;

“Muhammad memerintahkan kami shalat, sedekah, menjaga kehormatan dan silaturahmi”. (HR. Bukhari).

Baca Juga: Catat dan Pahami, Hidup itu Perjalanan Bukan Pelarian

Dalam kesempatan lain, Nabi SAW mengancam orang-orang yang memutuskan silaturahmi dengan sabdanya; “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi (persaudaraan).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Makna silaturahmi di dalam istilah syari’at, sesungguhnya bukanlah seperti yang difahami oleh banyak orang. Berkunjung dan bertemu dengan orang lain, baik kerabat maupun bukan kerabat.

Makna siilaturahmi di dalam istilah syari’at yang paling tepat, berbuat baik kepada kerabat dengan berbagai bentuk kebaikan sebagaimana diterangkan di atas.

Baca Juga: 5 Ciri-ciri dan Tanda Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Dapat dipahami, silaturahmi bukanlah perkara biasa dan sepele. Silaturahmi adalah sebuah syariat yang agung dan mulia, mesti diperhatikan dan dijaga oleh setiap muslim.

Memutus dan menyepelekannya, memiliki konsekuensi yang tidak ringan. Inilah 7 bahaya dan ancamannya orang yang sengaja memutuskan tali silaturahmi;

1.Dilaknat Allah

Perhatikan ayat yang mulia yang artinya berikut ini; “Maka apa kiranya jika kamu berkuasa akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan silaturahmi? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan mata mereka.” (QS. Muhammad: 22-23).

Baca Juga: 30 Kartu Ucapan, Poster Instastory Selamat Idul Fitri 1443 H Ukuran Proporsional

2.Seakan Memakan Bara Api

Dalam sebuah hadis sahih dijelaskan, seseorang yang selalu menolak silaturahmi dari kerabatnya, maka ia bagaikan memakan bara api yang panas. Dari Abu Hurairah, beliau berkata;

“Ada seorang laki-laki yang menemui Rasulullah, dan laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai keluarga dan ketika aku berbuat baik kepada mereka, mereka berbuat jelek terhadapku. Mereka acuh terhadapku, padahal aku telah bermurah hati kepada mereka”.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika demikian, maka seolah-olah kamu memberi makan mereka dengan bara api. Dan pertolongan Allah akan selalu senantiasa menyertaimu selama kamu begitu (berusaha bersilaturahmi).” (HR. Muslim).

Baca Juga: Tata Cara Shalat Idul Fitri, Niat dan Bacacaannya Lengkap!

3.Penyebab Tidak Terkabulnya Doa

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya,

[2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi lantas berkata, ”Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian” (HR. Ahmad).

Baca Juga: Teruslah Berbagi dan Tiada Henti Berbuat Baik

4.Disegerakan Hukumannya

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan hukuman yang Allâh siapkan baginya di akhirat daripada baghyu (kezhaliman dan berbuat buruk kepada orang lain) dan memutuskan kerabat” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, dan lainnya).

5.Terancam Dijauhkan Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Para ulama mengatakan, maksud kalimat “tidak akan masuk surga” dalam hadits ini ada dua kemungkinan: [1] tertuju kepada orang yang menganggap halal memutuskan persaudaraan tanpa sebab, padahal dia mengetahui keharamannya, maka orang ini kafir, dia kekal di dalam neraka, dan tidak akan masuk surga selamanya;

Baca Juga: 40 Ucapan Selamat Idul Fitri 1443 H Bahasa Jawa, Sugeng Riyaya Kagem Sedaya...

[2] maksudnya, tidak masuk surga semenjak awal bersama orang-orang yang dahulu, tetapi dia dihukum dengan diundurkan dari masuk surga dengan ukuran yang dikehendaki oleh Allah. (Lihat Syarh Imam Nawawi, 16/113-114).

6.Memutuskan Kebaikan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasahnya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya (kata) rahmi diambil dari (nama Allah) yaitu ar-Rahman. Allah berkata, “Barangsiapa menyambungmu (rahmi/kerabat), Aku akan menyambungnya, dan barangsiapa memutuskanmu, Aku akan memutuskannya.” (HR. Bukhari).

7.Jauh dari Rahmat Allah

Rasulullah SAW, “Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Muslim).

Baca Juga: Mentauladani Prinsip Kesederhanaan Hidup Rasulullah

Setelah mengetahui bahaya memutuskan tali silaturahmi dalam Islam, tentu kita bisa lebih berhati-hati. Sekarang kita tahu, menjaga silaturahmi antar kerabat dan sanak keluarga sangatlah penting. Tidak hanya untuk menjaga hubungan sosial kita, tetapi juga menjadi tanda kita orang yang beriman.

Ingatlah selalu, menjaga tali silaturahmi akan mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan. Di antaranya, silaturahmi menjadi sebab diluaskannya rezeki. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim). ***

Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kamtibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler