Jenang Gempol, Kuliner Langka yang Kian Ngangeni dan Top Markotop

- 20 Desember 2021, 17:29 WIB
Citarasa khasnya kuliner jadul Jenang Gempol tercipta dari manisnya gula Jawa, gurihnya  cairan santan segar nonjoknya aroma pandan wangi
Citarasa khasnya kuliner jadul Jenang Gempol tercipta dari manisnya gula Jawa, gurihnya cairan santan segar nonjoknya aroma pandan wangi /Diskominfo Klaten/

KARANGANYARNEWS – Tersaji panas atau dingin, Jenang Gempol yang kian langka ini tetap bercitarasa top markotop dan ngangeni.

Terhitung tiga dasa warsa terakir ini, Jenang Gempol yang pernah merakyat sekaligus melegenda di eks Karesidenan Surakarta atau Solo Raya ini, kian sulit ditemukan penjualannya.  

Di beberapa pasar tradisional memang masih ada yang menjual Jenang Gempol,  itu pun tidak di setiap pasar tradisional masih ada generasi pelestari, penjual kuliner khas jaman dulu atau jadul ini.

Baca Juga: Kado Terindah Teruntuk Kaum Ibu di Hari Ibu      

Nah, penasaran bahan baku Jenang Gempol. Kepoin juga cara mengolah, penyajian maupun cita rasa khasnya kuliner jadul kian langka ini?

Jika kalian warga Kabupaten Klaten, atau secara kebetulan melintas di jalur utama Kota Bersinar ini, mampirlah di depan Puskesmas Klaten Tengah. Di area ini terdapat penjual Jenang Gempol, Bu Kiryanti namanya.

Lokasinya sangat mudah ditemukan, pinggir jalan protokol di depan Puskesmas Klaten Tengah ini kelurahannya Pandanrejo, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Tawangmangu

Kepada awak media, Karyanti, 56 tahun mengaku berjualan Jenang Gempol ini sebagai penerus atau pelestari jajanan tradisional khas jauh sebelumnya telah  dijual nenek moyangnya.

“Saya terhitung sudah generasi keempat dari nenek moyang kami,” cerita perempuan paruh baya ini. Seingat dia, mbah buyutnya, kemudian simbahnya, turun lagi ke ibunya semasa hidupnya berjualan Jenang Gempol.

Dari ibu kandungnya itulah Karyanti mewarisi berjualan Jenang Gempol, hingga kini dia mengaku sudah belasan tahun berjualan kuliner kian langka ini, tepatnya meneruskan usaha setelah ibunya meninggal dunia.

Baca Juga: Sensasi Nyruput Kopi Plus Elok Nan Eksotik Lanskap Gunung Merapi

Dia jelaskan juga, kendati bahan bakunya sama proses membuat Jenang Gempol selain memakan waktu lebih lama, prosesnya pun lebih rumit dibandingkan membuat jenang atau bubur tradisional lainnya.

“Semisal jenang atau yang sering disebut bubur lemu, bubur cenil, bubur  sungsum maupun bubur brendul,” terang Karyati yang mangkal di depan Puskesmas Klaten Tengah mulai pukul 06.00 – 12.00 Wib.

Dicontohkan, pembuatan Gempol (sajian utama Jenang Gempol) yang berbahan baku tepung beras dan parutan kelapa, memasaknya tetap harus secara tradisional, dengan api kecil dan waktunya tak kurang dua jam.

Baca Juga: Ayam Panggang Mbah Dinem, Cita Rasa Pedas Gurih Manisnya Bumbu Tradisional

Belum lagi memasak jenangnya, beserta pelengkap sajian Jenang Gempol. Seperti jenang mutiara, santan teruntuk kuah dan lainnya. Untuk menyiapkan dagangannya Karyati mulai memasak dan menyiapkannya pukul 03.00 Wib.

Selain menu utama Gempol berwarna putih bersih, berbahan baku tepung beras dan parutan kelapa dan dibuat bulat-bulat seukuran bakso penyajiannya juga diberi jenang tepung beras, jenang mutiara dan berkuah santan.

Sangat dimungkinkan, karena paduan Gempol yang tersaji bersama jenang tepung beras, jenang mutiara dan lainnya inilah, kuliner atau jajanan tradisional khas yang kian langka ini lebih dikenal dengan sebutan Jenang Gempol.

Baca Juga: Primbon Jawa: Senin Kliwon, Inilah 7 Jodoh Sehidup Sematimu

“Baik tersaji panas maupun dingin dengan toping es, tetap top markotop dan mak nyus. Citarasa khasnya tercipta dari manisnya gula Jawa, gurihnya santan cairan santan mentah dan aroma pandan wangi,” kata Joko Wahyono.

Hobiis kuliner Jadul dari Kota Solo ini, menyebutkan juga jikalau pagi hari  teruntuk menu pembuka lebih pas disajikan panas. Jikalau siang hari, Jenang Gempol yang berkuah santan disajikan dingin dengan es serasa lebih segar.

Lebih menariknya lagi, Jenang Gempol yang dijajakan Karyati di pinggir jalan protokol Kota Klaten ini, harganya terhitung sangat murah. Setiap satu porsinya, cukup merogoh kocek Rp 5.000. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x