Keraton Surakarta Memanas Lagi, Penobatan Putra Mahkota Diperdebatkan

- 1 Maret 2022, 11:02 WIB
Kanjeng Pageran (KP) Eddy S Wirabhumi, Ketua Harian Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kanjeng Pageran (KP) Eddy S Wirabhumi, Ketua Harian Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat /Tangkapan layar Medsos/

KARANGANYARNEWS - Keputusan Paku Buwono XIII mengangkat Putra Mahkota, dikawatirkan memunculkan konflik baru di Keraton Surakarta Hadiningrat.

Pasalnya, KGPH Purbaya yang dinobatkan sebagai Putra Mahkota, calon pengganti raja yang sekarang bertahta, disebutkan sebagai putra ketujuh atau anak laki-laki kedua Sinuhun Paku Buwono XIII.  

Selain KGPH Purbaya, masih ada putra laki-laki pertama sekaligus putra tertua dalam silsilah keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat saat ini. KGPH Mangkubumi, namanya.

 Baca Juga: Tingalan Jumenengan PB XIII; Kronologis Putra Raja Tak Dapat Masuk Istana

Terkait pengukuhan KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota ini juga, Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat segera akan menggelar pertemuan.

Agenda utama yang akan dibahas dalam pertemuan khusus ini, disebutkan terkait penobatan atau pengangkatan KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota, calon pengganti Paku Buwono XIII dalam suksesi kelak kemudian hari.

Demikian disampaikan Ketua Harian Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KP Eddy S Wirabhumi kepada awak media via telephon selulernya, Senin 28 Pebruari 2022.

Baca Juga: Gundul Pembawa Berkah, Ganjar; Raih Rp 280 Juta, Berani?

“Kadose nembe ajeng dibicarakan. Yang kemarin itu baru mau dibicarakan,” kata dia. Menurut Eddy, pertemuan dimaksud untuk mengkaji ketentuan yang berlaku di Keraton, apakah pengangkatan KGPH Purbaya sudah sesuai ketentuan.

“Pertanyaannya ya, apakah itu, istilahnya kejadian yang leres miturut tatanan, punapa boten [benar menurut aturan atau tidak],” ungkapnya.

Mengenai waktu pertemuannya, menurut Eddy sedang diatur agar yang menjadi bagian Lembaga Dewan Adat Keraton Solo bisa hadir. “Masih atur waktu, karena ini hari libur,” terangnya.

 

Baca Juga: Primbon Selasa Legi; Pilih Pejabat Publik atau Politisi, Ini Jalan Termulusnya

Setahu dia ada empat kejadian yang mirip dengan pengangkatan KGPH Purubaya sebagai putra mahkota Keraton Solo. Tapi untuk kepastiannya Eddy mengatakan masih ditelaah.

“Karena dalam sejarah Mataram itu ada empat kejadian yang mirip-mirip itu. Jadi ada penetapan putra mahkota tapi tidak otomatis jadi raja berikutnya. Ada empat kejadian kalau tidak salah. Makanya besok ditunggu dulu hasil rapatnya seperti apa,” katanya.

Setahu Eddy, empat kejadian tersebut sejak zaman Kerajaan Mataram masih berpusat di Keraton Kartasura.

Baca Juga: Jokowi Melayat Miyono, Inilah Kedekatan Presiden dengan Pakdenya

Sedangkan saat disinggung apa yang dialami KGPH Mangkubumi yang tidak mendapat pintu untuk masuk dan mengikuti Tingalan Dalem Jumenengan Paku Buwono XIII, ia mengaku merasa kasihan.

“Ya mesake ya, saya kebetulan lewat kemarin. Saya tanya, loh ngapain? Dijawab tidak dibukakan pintu. Sudah ngetuk di sana, sudah ngetuk di sini. Bukan dibukakan malah semakin rapet nutupe. Saya pas lewat kemarin. Lihat di depan pintu Talang Paten,” urainya.

Eddy menyayangkan kejadian tersebut lantaran KGPH Mangkubumi merupakan anak dari Paku Buwono XIII. Tapi saat KGPH Mangkubumi mau ikut Tingalan Jumenengan malah tidak dibukakan. “Kalau bicara keluarga PB XIII dalam arti anak dan istri, ya itu anaknya,” ujarnya.

Baca Juga: Dibalik Viral Tugu Jati Bedug, Inilah Sederet Kisah Misterinya

Seperti diberitakan, Raja Keraton Solo, PB XIII, mengangkat KGPH Purbaya yang merupakan anak ketujuhnya sebagai putra mahkota. Penobatan putra mahkota itu dilakukan saat upacara tingalan jumenengan ke-18 PB XIII di Keraton Solo, Minggu (27/2/2022).

Di sisi lain, Paku B uwonoXIII sebenarnya punya anak laki-laki yang lebih tua dan merupakan anak kelima sekaligus anak laki-laki pertama yakni KGPH Mangkubumi. Mangkubumi tidak diberi akses masuk ke dalam keraton untuk menghadiri tingalan jumenengan.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari beberapa kalangan akan munculnya potensi konflik baru di internal Keraton Solo. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah