Menurut Gus Baha, Ini Alasan Tidurnya Orang yang Berpuasa Itu Ibadah

- 4 April 2022, 00:36 WIB
KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha.
KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha. /PWNU Jatim

KARANGANYARNEWS – Selain lapar dan haus, puasa di bulan Ramadhan juga memiliki satu tantangan, yaitu menahan kantuk. Banyak orang akhirnya memilih tidur sambil menunggau waktu berbuka puasa.

Lalu bagaimana hukumnya orang tidur saat berpuasa? Dilansir dari laman Dalam Islam, tidur adalah aktifitas yang bisa menambah pahala saat puasa Ramadhan.

Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni. (HR Baihaqi).

Baca Juga: Masih Bingung Soal Hilal Penentu 1 Ramadhan? Begini Penjelasannya

Kitab Ittihaf sadat al-Muttaqien juga menyebutkan bahwa tidurnya orang puasa adalah ibadah, napasnya adalah tasbih, dan diamnya adalah hikmah.

Hadits ini menunjukkan bahwa meskipun tidur merupakan inti dari kelupaan, namun setiap hal yang dapat membantu seseorang melaksanakan ibadah termasuk sebagai ibadah. (Syekh Murtadla az-Zabidi, Ittihaf Sadat al-Muttaqin, juz 5, hal. 574).

Ulama asal Sarang, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan tentang keutamaan tidur bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Baca Juga: Doa Penangkal Godaan Paling Menggiurkan Selama Puasa Ramadhan

Menurut Gus Baha, tidurnya orang yang sedang berpuasa memiliki keutamaan tersendiri. Santri ulama besar KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen itu menjelaskan tidur bisa bernilai ibadah bagi seseorang.

Dikutip dari ceramah di kanal Youtube Santri Manut Kyai, menurut Gus Baha, tidurnya umat Rasulullah yang sedang berpuasa itu luar biasa.

“Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu seperti tasbih. Kemudian, tidurnya seorang ulama juga terhitung sebagai tasbih. Karena dengan tidur itu kita menjadi tahu alamat tentang kematian,” kata Gus Baha.

Baca Juga: Sopir Bus, Tukang Becak, Kuli Bangunan Boleh Tidak Puasa? Begini Penjelasan Gus Baha

Sebab, lanjut dia, tidur merupakan satu  kondisi dimana manusia masih di dunia, namun tidak bisa menentukan nasib diri kita sendiri.

Jadi, lanjut Gus Baha, saat tidur itu adalah awal dari hamba mengimani kalimat Lahawlawala Quwwata Illa Billah.

“Segagahnya seseorang pun pada akhirnya juga memiliki kondisi yang dia sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri,” ujar dia.

Baca Juga: Begini Pandangan Unik Gus Baha Tentang Puasa Ramadhan

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Narukan, Kragan, Rembang, itu tidur memiliki keunikan tersendiri hingga disakralkan.

Kesakralan tersebut, katanya, bisa dilihat dari cara Allah SWT menyampaikan wahyuNya kepada para Nabi melalui tidur.

Selanjutnya, dilansir dari video di kanal YouTube Ngaji Gus Baha 7 Mei 2021, Gus Baha menjelaskan mengapa orang yang tidur mendapatkan pahala.

Baca Juga: Hukum Ziarah Kubur Jelang Ramadhan, Begini Penjelasan Gus Baha

“Alasannya gampang, karena tidur itu menghindar dari kemaksiatan. Jadi tidur menjadi salah satu jalan yang tepat agar terhindar perbuatan maksiat,” ujarnya.

Fus Baha menjelaskan dalam dalam keadaan tidak tidur, manusia memiliki potensi  melakukan maksiat. Bisa maksiat mata dan maksiat perasaan. Karena tidur bisa berpahala besar.

“Jika seseorang tidur dalam waktu yang lama tanpa meninggalkan shalatnya, maka selama waktu itu pula sesungguhnya sedang meninggalkan maksiat dan mendapat pahala,” ujarnya.

Baca Juga: Ngupil Siang Hari di Bulan Ramadhan, Batalkah Puasanya?

Namun, menurut Gus Baha, semuanya harus dimulai dari niat yang baik. Seseorang yang akan tidur, sebaiknya bisa niat agar terhindari dari maksiat.

Bisa juga dengan niat tidur untuk memulihkan fisiknya sehingga dapat melakukan pekerjaan dan ibadah secara maksimal.***

Editor: Ken Maesa Pamenang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x