Kepada KaranganyarNews.com Gunoto Saparie mengisahkan, karir kepenulisan Handry TM sudah mulai moncer sejak masih duduk di bangku SMP Muhammadiyah 1 Semarang.
Sejak saat itulah karya-karyanya baik puisi, cerita pendek, novel, naskah sinetron, naskah drama, dan esai-esainya terus mengalir deras di tengah kesibukannya sebagai wartawan Suara Merdeka, kemudian mengelola penerbitan media sejumlah instansi dan lembaga.
Baca Juga: Wajib Tahu, Inilah 8 Jodoh Weton Minggu Pon Dibalik Misteri Bumi Kapetak
Dia ceritakan juga sederet pengalaman persahabatannya dengan Handry TM, membuatnya banyak menyimpan kisah suka cita yang sangat terkesan. Menurutnya, Handry TM dan dia suka saling merekomendasikan nama untuk menjadi juri, editor, atau narasumber ke beberapa lembaga.
Oleh karenanya, Gunoto Saparie dan Handry TM yang sama-sama berprofesi wartawan dan sastrawan ini, sering bersama dalam sejumlah kegiatan sastra. Baik di Semarang, Solo, Jakarta, hingga di Ubud, Bali.
"Kami sering satu kamar di hotel. Dia lebih sering begadang di depan laptop, menulis. Ketika saya terbangun dini hari, ia masih suntuk dengan tulisannya. Bahkan ia sempat mengingatkan saya untuk salat malam," katanya.
Baca Juga: Tahu Kupat Sido Mampir, Kuliner Nikmat Legendaris di Solo yang Bikin Nagih
Ditambahkan juga, sepanjang perjalanan hidupnya Handry TM orang yang sangat baik dan tidak menyukai konflik, baik dengan sesama wartawan demikian juga sesama sastrawan dan kolage komunitas lainnya.
Gunoto Sapari menuturkan, Handry TM yang suka menyebut istrinya, Ninik Suwarni, sebagai ibu negara itu, memang beberapa kali mengeluhkan penyakitnya, namun demikian ia berusaha tetap berkarya semampunya.
Bahkan, menurut Gunoto Saparie yang juga Ketua Umum Dewan Kesenian Provinsi Jawa Tengah, Handry TM mengaku lebih gelisah untuk dapat menciptakan karya sastra katimbang memikirkan sakit gagal ginjalnya.