Jejak Pangeran Sambernyawa 4: Kawah Candradimuka di Lereng Barat Gunung Lawu

19 November 2022, 08:05 WIB
Pesanggrahan yang juga markas di Desa Mojoroto, sekarang wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, tempat Raden Mas Said melantik 40 personil Mantri Lebet atau Punggawa Baku /tangkapan media/

KARANGANYARNEWS - Paska kecamuk perang di Randulawang, Pangeran Sambernyawa memilih kembali ke lereng barat Gunung Lawu, kawah Candradimuka tempatnya menempa kekuatan fisik dan kedalaman spirit reliqius.

Secara matematis, peperangan Pangeran Sambernyawa dan pengikutnya yang telah bergabung pasukan Sunan Kuning, melawan prajurit Keraton Kartosuro yang diperkuat tentara Belanda di Randulawang jauh tidak berimbang.

Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, panglima perang di Randulanang tak lebih menurunkan 200 personil gabungan (pengikut Pangeran Sambernyawa dan Sunan Kuning). Itu pun, keseluruhannya berbekal senjata tradisional seadanya.

Baca Juga: Mendedah Filosifi Jawa, 7 Maqom Keteladanan Spirit Reliqius Pangeran Sambernyawa

Sedangkan prajurit Keraton Kartosura dan tentara Belanda yang dikomendani Tuan Hohendorff, mengerahkan tak kurang 2000 personil separuh diantanya bersenjata api.

Namun demikian, lebih banyaknya personil dan lebih unggulnya persenjataan memang tidak memastikan meraih kemenangan. Kacamuk Perang di Randulawang (kini masuk wilayah Purwodadi) ini, contoh konkritnya.

Baik prajurit Keraton Kartosuro maupum tentara VOC Belanda, dibuat kocar-kacir bahkan lebih banyak prajurit Keraton maupun tentara Belanda tewas dalam kecamuk perang ini.

Baca Juga: Jejak Pangeran Sambernyawa 1: Raden Mas Said, Putra Bangsawan yang Terbuang

Untuk menghindari korban pasukannya lebih banyak lagi, komandan perang Tuan Hohendorff membujuk Sunan Kuning untuk menyerah kepada Belanda, dengan janji  akan dijadikan Raja di Keraton Kartosuro oleh Belanda.

Sunan Kuning tidak tergiur bujuk rayu VOC, baik Sunan Kuning maupun Pangeran Sambernyawa tetap terus akan melakukan perlawanan terhadap Raja Keraton Kartosuro, Paku Buwono II yang bersekutu dengan VOC Belanda.

Bermaksud menghindari serangan bala bantuan tentara Belanda lebih besar, Pangeran Sambernyawa dan Sunan Kuning untuk sementara sepakat memisahkan pasukannya masing-masing.

Baca Juga: Jejak Pangeran Sambernyawa 2: Hengkang dari Istana Melunasi Spirit Patriotiknya

Sunan Kuning bersama pasukannya menghindar ke Keduwang, Ponorogo. Dan Pangeran Sambernyawa bersama pengkutnya menyingkir ke arah lereng barat Gunung Lawu, balik ke markas sekaligus berniat menemui eyangnya di Nglaroh.

Jejak sejarah selanjutnya, Pangeran Sambernyawa tetap lebih fokus berjuang melawan kolonial Belanda, hingga berpindah-pindah markas perjuangannya di lereng barat Gunung Lawu, sekarang menjadi Kabupaten Karanganyar.

Dalam buku ‘Sejarah dan Warisan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’, terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar, disebutkan basis atau markas perjuangan Pangeran Sambernyawa di lereng barat Gunung Lawu.

Baca Juga: Jejak Pangeran Sambernyawa 3: Nyai Ageng Karang, Cikal Bakal Kabupaten Karanganyar

Salah satu diantaranya, berada di Desa Mojoroto yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Selain itu juga di Dusun Segawe dan Dusun Druju (keduanya Desa Karangsari, Kecamatan Jatiyoso).

Pangeran Sambrnyawa beserta pasukannya juga pernah bermarkas di Desa Tlobo (Kecamatan Jatiyoso), di Desa Hanggabayan (Kecamatan Jumapolo), Desa Somakaton dan Desa  Mangadeg (keduanya sekarang di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar).

Masih ada lagi, diantaranya di Desa Gemantar (Kecamatan Jumantono), Desa Kerjo (Kecamatan Kerjo), dan Desa Bangsri maupun Desa Ngemplak (keduanya Kecamatan Karangpandan).

Baca Juga: 7 Twibbon Hari Jadi Kabupaten Karanganya Ke 105: Gratis, Aplikatif Teruntuk Semua Media Sosial

“Saat bermarkas di Dusun Segawe, Desa Majarata Pangeran Sambernyawa  sudah dinobatkan menjadi Raja Sokawati oleh Adipati Sujanaputra,” terang Ki Panji Koeswening, budayawan dan sejarawan anggota tim penulis buku ‘Sejarah dan Warisan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’. 

Gelar yang disandang Raden Mas Said Pangeran Adipati Anom Amengkunagara Senopati Ing Ngalaga Sudibyaning Prang, selanjutnya desebut Pangeran Adipati Mangkunagara.

Kepada KaranganyarNews.com dikatakan juga, bangunan markas perjuangan yang sekaligus  tempat tinggal Alap-alap Samber Nyawa (sebutan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa) di Desa Mojoroto, sama persis kelengkapan bangunan keraton.

Baca Juga: Karya ke-4 MSI Kabupaten Karanganyar, Hari Ini Buku Perjanjian Giyanti Dilaunching

Terdapat juga alun-alun, joglo paseban dan lainnya. Bedanya, keseluruhan bangunan tidak seluas istana Keraton. Di tempat inilah, Pangeran Sambernyawa menjalani laku ‘mesu budi’, menempa diri maupun spiritual reliqius.

Di markas yang juga disebut pesanggrahan Mojoroto ini, Pangeran Sambernyawa membentuk 40 personil Mantri Lebet, kemudian hari dikenal Punggawa Baku Kawandasa Jaya, 40 pengikut inti yang keseluruhan nama belakangnya diberi gelar ‘Jaya’. (Bersambung) ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler