KARANGANYARNEWS - Pertemuan Pangeran Sambernyawa dengan Nyi Ageng Karang, memberi spirit baru perjuangan Pangeran Sambernyawa beserta pengikutnya melawan penjajahan kolonial Belanda.
Nyi Ageng Karang, gelar Raden Ayu Sulbiyah setelah mengembara dan menetap di lereng barat Gunung Lawu. Dalam sejarah perjuangan Pangeran Sambernyawa, pendekar perempuan ini juga disebut Nyai Dipo.
Dalam silsilah Keraton Kartosuro, sebagaimana dilansir KaranganyarNews.com dari buku ‘Sejarah dan Warisan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’ desebutkan Nyai Ageng Karang adalan istri Pangeran Diponegara, era Keraton Kartosura, bukan Pangeran Diponegoro di era Perang Paregrek.
Baca Juga: 7 Twibbon Hari Jadi Kabupaten Karanganya Ke 105: Gratis, Aplikatif Teruntuk Semua Media Sosial
Diceritakan juga, Nyai Ageng Karang yang juga disebut Nyai Dipo adalah nenek Pangeran Sambernyawa. Wejangan spiritual reliqius dari Nyai Ageng Karang, selain memperteguh keimanan dan penghambaannya kepada Sang Kholiq, juga memperkokoh jiwa maupun semangat patriotik cucunya.
Di lereng barat Gunung Lawu yang kemudian menjadi wilayah Kabupaten Karanganyar ini, Nyai Ageng Karang memimpin gerilyawan laskar perempuan melawan kolonial Belanda.
Dalam pertemuannya tadi, Nyai Ageng Karang juga mengajarkan berbagai strategi perang gerilya kepada cucunya, Pangeran Sambernyawa. Baik strategi perang gerilya menghadapi bala tentara belanda, maupun strategi berperang melalui filosofi falsafah kehidupan.
Baca Juga: Jejak Pangeran Sambernyawa 2: Hengkang dari Istana Melunasi Spirit Patriotiknya
Dikisahkan Ki Panji Koeswening, budayawan yang juga pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) di Kabupaten Karanganyar, salah satu diantaranya melalui bubur bekatul yang disajikan Nyai Ageng Karang kepada Pangeran Sambernyawa.