KARANGANYARNEWS - Ada nilai-nilai toleransi di balik beragam jenis hidangan kue kering khas lebaran.
Hal ini disampaikan oleh sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran Fadly Rahman.
Dijelaskan bahwa kue-kue seperti nastar, kastengel, lidah kucing, dan putri salju mulanya dikenal pada masa kolonial melalui pertukaran hantaran dari keluarga Eropa untuk keluarga priyayi yang merayakan hari Lebaran.
Kue-kue tersebut juga menjadi kudapan yang biasa dihidangkan pada hari-hari perayaan umat Nasrani.
Baca Juga: Sudah Lebaran Hari Ini. Begini Cara Tarekat Syattariyah Menentukan 1 Syawal
"Kue-kue kering ini disajikan ketika keluarga-keluarga priyayi merayakan lebaran dan di sini juga ada hantar-menghantar ketika Lebaran. Keluarga-keluarga Eropa menghantarkan makanan seperti kue-kue kering ini untuk keluarga priyayi," kata Fadly seperti dikutip dari ANTARA, Senin (2/5/2022).
Ia mengatakan kue kering yang diadopsi dari kalangan Eropa tersebut dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk, bahan, dan rasa yang berbeda dengan aslinya.
Kastengel (kaasstengels, dalam bahasa Belanda), misalnya, memiliki bentuk yang lebih panjang dalam versi aslinya.
Baca Juga: Antisipasi Serangan Pencuri Saat Mudik. Begini Bacaan Doa dan Langkah yang Perlu Dilakukan