Kisah Sukses Sukarlis, Tukang Listrik Jadi Juragan Jamu

- 23 April 2022, 00:23 WIB
Sukarlis bersama Menteri Koperasi dan UKM, Drs. Teten Masduki saat acara  di Karanganyar
Sukarlis bersama Menteri Koperasi dan UKM, Drs. Teten Masduki saat acara di Karanganyar /Dok Sukarlis/

 

KARANGANYARNEWS - Siapa sangka, seorang mantan tukang listrik pada proyek bangunan di Jakarta, kini menjadi juragan jamu terkenal di daerah asal, Matesih. 

Nasib seseorang memang tidak ada yang tahu, begitu juga Sukarlis, telah melalui perjalanan panjang , meraih sukses, setelah memberanikan diri berwirausaha.

Berikut 14 kisah inspiratifnya, yang dimulai dari nol, seperti dituturkan Sukarlis secara eksklusif pada KaranganyarNews.com, beberapa waktu lalu. 

  1. Bakti pada Orang Tua

Sudah tua dan sering sakit, begitulah kondisi orang tua Sukarlis, sehingga ia pun memutuskan pulang kampung ke daerahnya di Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

  1. Butuh Pekerjaan

Tidak mau kembali merantau di Jakarta, dia pun memutuskan menetap di kampung, membantu istri membuat jamu, yang saat itu telah mengantongi sertifikat.

Baca Juga: 576 Personel Gabungan Amankan Mudik Lebaran Di Karanganyar, Kapolres : Tidak akan ada Penyekatan Jalan

  1. Modal 500 Ribu

Berbekal sertifikat pengolahan jamu herbal, yang dimiliki istri serta modal uang yang tidak banyak, ia mengembangkan membuat 50 botol sirup jahe rempah, isi 330 ml.

  1. Produk Perdana Ludes

Semangat membara mulai tumbuh, setelah produk perdana laku 80 botol tanpa sisa, di acara lebaran keluarga besar, karena sirupnya diakui para pembeli, enak dan mantap.

  1. Banyak Varian

Di tahun kedua usahanya, tahun 2014, produk jamunya mulai menambahkan varian baru, yakni beras kencur dan kunir asam, sampai kini bertambah menjadi 13 varian rasa.

Baca Juga: Sudah Mengalah, Tapi Masih Akan Digugat Secara Hukum. Rumitnya Sengketa Tanah di Gedongan Colomadu

  1. Terbantu Reseller

Menjalin kerjasama dengan reseller, adalah salah satu cara suami Sri Hartini mengembangkan usaha, hingga kini resellernya menjamur dari Solo Raya, Jakarta, Bekasi, Bandung dan kota lain.

  1. Pernah Diusir

Tak hanya ditolak, diusir calon pembeli pun, sering dilalui ayah 3 anak ini, saat awal-awal memperkenalkan produk secara langsung ke pembeli.

  1. Tambah Kapasitas

Sebelum pandemi, jumlah pembeli jamu sudah banyak, satu bulan berkisar 1.500  hingga 2.000 botol, namun efek pandemi justru kapasitas produksi mencapai 10.000 setiap bulan.

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Kenapa Sulit dan Sempitnya Rejeki Kita

  1. Rajin Pameran

Meski belum berskala nasional, namun ia rajin mengikuti pameran, bergandengan tangan dengan UMKM lain, di Kabupaten Karanganyar dan Solo Raya lainnya. 

  1. Tambah Jaringan

Tak ingin puas dengan hasil yang sudah didapat, penyuka semua warna ini selalu rajin menambah jaringan, dengan mengikuti berbagai pelatihan, yang berhubungan dengan pengembangan usaha, serta berjejaring mengikuti organisasi pengusaha yang sudah ada.

  1. Gandeng Beberapa Toko

Produk jamu serbuk ataupun sirup produknya kini bisa didapatkan di beberapa toko, toko obat serta toko oleh-oleh di wilayah Karanganyar dan Solo Raya.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Mendedah Revolusi Mental Ala Serat Kalatida

  1. Omzet Lumayan

Meski 90% masih didominasi dari penjualan secara offline, hasil usaha jamunya tidak bisa disepelekan, setiap bulan omset mencapai Rp30 juta.

  1. Tak Takut Kompetitor

Setiap produk, pasti ada kompetitormya, begitulah Karlis bertutur pada KaranganyarNews.com, namun dia selalu yakin, jika produknya memiliki kelebihan dibanding produk lain.

  1. Target Ekspor

Usaha berlokasi di Karangrejo Rt 02 Rw 01 Karangbangun Matesih ini, bukan lagi usaha yang bisa disepelekan, karena sedang mempersiapkan ekspor untuk dijalankan di tahun 2025. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah