Kisah Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Perubahan Arah Kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah

- 28 Mei 2024, 18:05 WIB
Kisah Masjid Qiblatain, saksi bisu perubahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah. Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. (Foto: kemenag.go.id)
Kisah Masjid Qiblatain, saksi bisu perubahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah. Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. (Foto: kemenag.go.id) /

Sejarah Perubahan Arah Kiblat

Menurut Aswadi, ada perbedaan pendapat mengenai waktu perpindahan arah kiblat.

"Itu tahun kedua Hijriah. Jadi, sebagian mufassir menyatakan bahwa itu terjadi di Bulan Syakban. Ada yang mengatakan di Bulan Rajab. Ada yang mengatakan itu adalah Hari Senin. Ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan salat zuhur, ada yang mengatakan salat asar," beber guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

Baca Juga: Bagaimana Kehamilan Bisa Terjadi? Begini Prosesnya

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan itu terjadi saat salat zuhur. “Pendapat yang paling tepat adalah salat yang dikerjakan di Bani Salamah pada saat meninggalnya Bisyr bin Barra' bin Ma’rur adalah salat zuhur. Sementara, salat kali pertama dikerjakan di Masjid Nabawi dengan menghadap Kakbah adalah salat asar."

Kisah perpindahan arah kiblat ini bermula ketika Nabi Muhammad mengunjungi ibu dari Bisyr bin Barra' bin Ma’rur dari Bani Salamah yang ditinggal mati keluarganya. Saat tiba waktu salat, nabi pun salat bersama para sahabat di sana.

Dua rekaat pertama masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika baru saja menyelesaikan rekaat kedua.

Baca Juga: Nadiem Makarim Resmi Batalkan Kenaikan UKT usai Picu Kontroversi

Dalam Alquran, Allah berfirman, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144).

Begitu menerima wahyu ini, rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti semua jemaah menghadap Masjidil Haram. Awalnya, kata Aswadi, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah, seperti tercantum dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 96: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Halaman:

Editor: Andi Penowo

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah