Awas Kemarau Kering Dampak El Nino, BMKG Imbau Hemat Air

- 25 Juli 2023, 13:05 WIB
Awas kemarau kering dampak el nino, BMKG imbau hemat air. Imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif mengakibatkan kekeringan. (Foto Ilustrasi: Pixabay/Geralt)
Awas kemarau kering dampak el nino, BMKG imbau hemat air. Imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif mengakibatkan kekeringan. (Foto Ilustrasi: Pixabay/Geralt) /

KARANGANYARNEWS - Awas Kemarau Kering Dampak El Nino, BMKG Imbau Hemat Air. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan. Hal ini imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang mengakibatkan kekeringan.

Situasi demikian, menurut Dwikorita Karnawati berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.

"Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Dwikorita Karnawati di Jakarta pekan lalu, dilansir dari laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, bmkg.go.id.

Baca Juga: Polisi Dalami Pelaku Utama Kasus Penjualan Ginjal ke Kamboja

"Di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional," tambah dia.

Dwikorita Karnawati menyebut, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.

Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, kata dia, pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

Puncak kemarau kering ini, tambah Dwikorita Karnawati, diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan 2020, 2021, dan 2022.

Baca Juga: Mengintip Proses Produksi Gamelan di Desa Wirun Mojolaban, Pesanan Mengalir hingga Bali

Berdasarkan pengamatan dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai 1,01 dengan level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index positif.

Sebelumnya, pada Juni hingga dasarian satu Bulan Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum dirasakan.

Selang setelah itu, dalam waktu bersamaan, El Nino dan IOD positif yang sifatnya global dan skala waktu kejadiannya panjang dalam hitungan beberapa bulan terjadi dalam waktu bersamaan.

"Dalam rentang waktu tersebut sebagian wilayah Indonesia masih ada yang diguyur hujan akibat adanya dinamika atmosfer regional yang bersifat singkat sehingga pengaruh El Nino belum dirasakan secara signifikan," imbuhnya.

Baca Juga: Gegara LGBT, Sheila On 7 Gantikan The 1975 di We The Fest Jakarta

Masyarakat diimbau hemat air

Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan dapat terdampak, terutama lahan pertanian

tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional sangat bergantung pada iklim dan curah hujan.

Selain itu, kekeringan ini juga dapat menjadi kondisi berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Jika tidak terkendali dapat menimbulkan krisis kabut asap yang tidak hanya berdampak terhadap kualitas lingkungan, namun juga ekonomi, sosial hingga kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Heboh Elon Musk Ganti Logo Burung Twitter jadi X, Alasannya Bikin Ngelus Dada

"Belum lagi, di musim kemarau, udara akan menjadi lebih kering dan banyak debu sehingga juga sangat rentan terhadap penyebaran penyakit," tambah Ardhasena Sopaheluwakan.

Dia juga mengingatkan semua pihak untuk menghemat penggunaan air di dalam maupun luar rumah.

Kemarau kering melanda akibat El Nino dan IOD Positif diperkirakan akan membuat debit air sungai maupun sumber mata air mengalami penurunan sehingga dapat berdampak pada ketersediaan dan pasokan air bersih.

"Gunakan bak penampung guna mengantisipasi kelangkaan air. Biasakan matikan keran saat tidak digunakan, atur jadwal menyiram tanaman dan mencuci kendaraan, pakailah air sesuai kebutuhan," pungkas Ardhasena Sopaheluwakan. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah