Keris Desa Aeng Tong-tong, Terpilih Jadi Suvenir Side Event G20

24 Mei 2022, 21:58 WIB
Banyak Empu dihasilkan dari Desa Aeng Tong-tong /Dokumentasi : kemenparekraf.go.id/

KARANGANYARNEWS - Menjadi desa pertama yang dikunjungi Menparekraf Sandiaga, dalam rangka visitasi ke 50 desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI, Desa Wisata Aeng Tong-tong di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, terpilih menjadikan produk kriyanya untuk suvenir G20.

Berikut 14 catatan tentang Keris produk Desa Aeng Tong-tong, Sumenep, Madura, Jawa Timur, seperti dilansir dari Siaran Pers Kemenparekraf, Selasa (24/5/2022).

1. Dinobatkan Unesco

Desa ini pernah dinobatkan UNESCO pada tahun 2014, sebagai satu-satunya desa wisata yang memiliki empu keris terbanyak di dunia.

2. Masih Lestarikan Keris

Meski keris telah hadir sejak abad ke-19 dan menjadi senjata pamungkas para prajurit di zaman itu, namun masyarakat Desa Aeng Tong-tong masih melestarikan hingga sekarang, sebagai potensi produk kriya unggulan.

3. Suvenir Keris

Menparekraf berencana menjadikan keris sebagai suvenir delegasi pada salah satu side event KTT G20, namun karena pembuatannya membutuhkan waktu lama, maka suvenir keris ini hanya dibuat sebanyak 20 buah untuk masing-masing negara serta akan disesuaikan agar dapat dibawa sebagai suvenir yang tidak merepotkan dan memberatkan sehingga tidak dilarang ketika naik pesawat.

4. Penghargaan Bagi Para Empu

Dipilihnya keris sebagai suvenir dalam perhelatan G20, meupakan penghargaan yang diberikan untuk negerinya para empu.

5. Waktu Lama

Untuk menghasilkan satu keris, dibutuhkan waktu lama yani antara satu sampai enam bulan, tergantung ukuran serta motif yang dibentuk.

6. Ukuran Keris

Di Pulau Madura, normalnya keris berukuran panjang antara 37 sampai 38 cm.

7. Proses Pembuatan

Banyak proses dilalui untuk menghasilkan keris, mulai dari pemilihan besi, penempaan, pembentukan bilah, kinatah atau mengukir besi untuk jenis keris ukir, pembuatan warangka atau sarung keris yang terbuat dari kayu, serta mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris.

8. Tanda Dinamika Masyarakat

Pembuatan keris juga menandakan dinamika kehidupan masyarakat, yakni mulai dari ditempa, diukir, dibengkok-bengkokkan, sampai menjadi produk yang membanggakan.

9. Ekspor Keris

Meski pembuatan keris sangat lama, sehingga hanya menjual 5 sampai 7 buah keris per bulan, namun Desa Aeng Tong-tong sudah melakukan ekspor keris ke Malaysia, Singapura dan Taiwan.

10. Galeri Keris

Dalam galeri keris yang dimiliki desa ini, ditampilkan produk-produk keris, termasuk keris milik para leluhur yang telah berusia 300 tahun.

11. Pertemuan Antar Penggemar Keris

Pertemuan para penggemar keris, mulai dari empu, kolektor sampai pemerhati keris, sering dilakukan di galeri keris.

12. Ritual

Di Desa Wisata Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris serta ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris, yang dimeriahkan dengan pesta rakyat, menampilkan kesenian tradisional yakni saronen dan macopat.

13. Membumikan Keris

Menparekraf berharap bisa membumikan keris agar kalangan milenial juga tertarik dengan keris, apalagi kedepannya akan dikemas dalam bentuk yang lebih minimalis, sehingga mudah dibawa dan dijadikan suvenir.

14. Kolaborasi dengan Film

Untuk lebih memperkenalkan keris pada masyarakat, khususnya generasi milenial, Menparekraf mengusulkan agar produk keris dapat ditampilkan di film-film nasional Indonesia, seperti Gundala dan Gatot Kaca, sehingga keris-keris ini akan menjadi ikon dari para heroes kita. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler