Meruwat Kutukan Hidup di Candi Sukuh Gunung Lawu, Karanganyar

- 8 Maret 2023, 18:35 WIB
Candi Sukuh di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, candi yang penuh daya tarik daripada candi yang lain
Candi Sukuh di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, candi yang penuh daya tarik daripada candi yang lain /kebudayaan.kemdikbud.co.id/

KARANGANYARNEWS - Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Candi Sukuh, merupakan candi yang penuh daya tarik daripada candi yang lain.

 

 

Bila pada umumnya sebuah candi dibangun sebagai tempat pemujaan para dewa atau untuk pendharmaan seorang raja, tidak demikian di Candi Sukuh. Candi Sukuh merupakan candi untuk meruwat kutukan. 

Dilansir KaranganyarNews.Com dari buku 'Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi: Candi Masa Majapahit', Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang.

Baca Juga: 7 Tingkatan Kehidupan di Candi Cetho, Gunung Lawu, Karanganyar

Dugaan tersebut, didasarkan pada banyaknya relief di Candi Sukuh yang betemakan tentang pengruwatan. Relief-relief yang bertemakan pengruwatan kutukan yang dipahatkan di Candi Sukuh, diambil dari Kidung Sudamala dan Garudheya.

Di depan candi induk Candi Sukuh agak ke selatan, terdapat tiang batu yang berisi pahatan cuplikan kisah Garudheya. Garuda (Garudheya), adalah nama seekor burung putra Begawan Kasyapa dan Dewi Winata.

Lebih lanjut dalam Buku Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi: Candi Masa Majapahit, cerita bertemakan tentang ruwatan kutukan di dalam cerita Garudheya diambil dari Kitab Adiparwa.

Baca Juga: 5 Hotel Rekomended: Berbintang, Low Budged, Dekat Bandara Adi Sumarmo dan Museum Dhe Colomadu

Inti cerita adalah usaha yang luar biasa dari seorang anak (Garuda) dalam memperjuangkan penebusan Ibunya (Dewi Winata) dari perbudakan Dewi Kadru dan anaknya para naga.

Sedangkan cerita bertemakan ruwatan kutukan berikutnya, adalah relief cerita yang diambil dari Kidung Sudamala. Relief cerita Sudamala ini,  terdapat di bagian selatan pelataran teras ketiga. Relief cerita terdapat pada panel-panel batu yang ditata berjajar.

Cerita Sudamala mengisahkan tentang Sadewa, yang berhasil meruwat (menghilangkan kutukan) dalam diri Dewi Uma. Dewi Uma, dikutuk Bathara Guru menjadi raseksi bernama Durga.

Baca Juga: Jadwal Sholat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Dilengkapi Doa Terlepas Jeratan Hutang

Durga menyamar sebagai Dewi Kunthi, ibu para Pandawa, mendatangi Sadewa dan meminta untuk meruwatnya. Kisah Sudamala, dipahatkan dalam lima panel relief. Atas jasanya berhasil meruwat Dewi Durga kembali menjadi Dewi Uma, Sadewa mendapat anugerah Dewi Pradhapa menjadi istrinya.

Relief bertemakan ruwatan kutukan berikutnya, dipahatkan di lantai gapura. Di lantai ruang dalam gapura terdapat pahatan yang menggambarkan phalus dan vagina.

Pahatan tersebut merupakan penggambaran bersatunya lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan) yang merupakan lambang kesuburan.

Baca Juga: Eksoktik, Rekomended dan Wajib dicoba: Inilah Sensasinya Menginap di 5 Balkondes Sekitar Candi Borobudur

Para ahli menduga, pahatan tersebut juga berfungsi sebagai suwuk (mantra)  untuk meruwat (menghilangkan) segala kotoran yang melekat di hati.

Itulah sebabnya relief tersebut dipahatkan di lantai pintu masuk, sehingga orang yang masuk ketempat suci ini akan melangkahinya. Dengan demikian segala kekotoran yang melekat di tubuhnya akan sirna.

Candi Sukuh terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh, berada pada ketinggian + 910 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Pesena Wanita Kelahiran Kelahiran Neptu Weton Kamis Pon, Idola Setiap Pria

Candi Sukuh ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles. Kompleks Candi Sukuh menempati areal seluas + 5.500 m2, terdiri dari tiga teras bersusun.

Ketiga teras tersebut terbelah dua, tepat di tengahnya oleh batu yang ditata membentuk jalan menuju ke gerbang teras berikutnya. Sepintas, Candi Sukuh mirip seperti bangunan pemujaan Suku Maya di Mexico.

Gapura menuju teras pertama merupakan gapura paduraksa, yaitu gapura yang dilengkapi dengan atap. Ambang pintu gapura, dihiasi pahatan kala berjanggut panjang.

Baca Juga: Wajib Dicatat dan Dihindari, Inilah 6 Hari Nahas Kelahiran Weton Kamis Wage Menurut Primbon Jawa

Pada dinding sayap utara gapura terdapat relief yang menggambarkan seorang yang sedang berlari sambil menggigit ekor ular yang sedang melingkar.

Menurut K.C. Cruq, pahatan tersebut merupakan sebuah sengkalan (sandi angka tahun) yang dibaca gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor ular).

Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M, yang diyakini para ahli sebagai tahun selesainya pembangunan candi Sukuh.

Baca Juga: Ramalan Astrologi Hari Ini: Zodiak Sagitarius, Inialah Peliknya Dilematik Ikatan Cinta Vs Karir Profesi

Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu, namun berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab Wastu Widya, yaitu kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu.

Menurut Kitab Wastu Widya, bangunan candi semestinya berdenah bujur sangkar dengan tempat paling suci terletak di tengah. Candi Sukuh bangunannya merupakan teras berundak, mirip dengan bangunan punden berundak  pada masa pra-Hindu (zama prasejarah).

Ciri khas bangunan suci masa pra-Hindu, tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang. Hal ini bisa terjadi, karena Candi Sukuh dibangun pada masa mulai memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x