Dalam buku ‘Sejarah dan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’, terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar dijelaskan, awal perjuangannya Raden Mas Said bergabung dengan Sunan Kuning.
Sunan Kuning yang bernama kecil Mas Garendi, bangsawan yang sepaham dan seperjuangan Raden Mas Said, menentang kekuasaan Susuhunan Paku Buwono II yang bersekutu dengan pucuk pimpinan VOC.
Baca Juga: Joko Songo dan Perlawanan Heroik terhadap Belanda di Karanganyar
“Bergabungnya Raden Mas Said dengan Sunan Kuning, berlatar peristiwa pemberontakan etnis China terhadap VOC di Batavia,” terang Ki Panji Koeswening, tim penulis yang juga editor buku Sejarah Raden Mas Said tadi.
Di Keraton Kartosuro juga terjadi pemberontakan etnis China yang dipimpin Sunan Kuning, dan berhasil mengambil alih kekuasaan Keraton. Peristiwa ini, kemudian dikenal dengan sebutan Geger Pacinan.
Susuhunan Pakubuwono II, Raja Keraton Kartosuro yang saat itu bertahta melarikan diri ke Ponorogo. Akibatnya, Sunan Kuning mengangkat dirinya sebagai Raja Mataram di Kartosura, bergelar Sunan Amangkurat V.
Baca Juga: Primbon Jawa, Peraih Peluang dan Kesempatan Terdepan Sabtu Pon
Dalam pengungasiannya di Ponorogo, Susuhunan Paku buwono II meminta bantuan VOC yang bermarkas di Batavia. Karena bantuan Belanda inilah, Paku Buwono II berhasil merebut tahtanya kembali.
Untuk menyelamatkan diri dan pasukannya, Sunan Kuning menyingkir dari Keraton Kartosura dan mengungsi atau bersembunyi ke Randulawang, sekarang wilayah Kabupaten Grobogan.
Mengetahui peristiwa ini, Raden Mas Said yang berkeinginan segera melakukan perlawanan kepada Susuhunan Paku Bowono II, dikarenan pasukannya belum seberapa memutuskan bergabung dengan Sunan Kuning, atas anjuran Patih Kudonowarso.