Muhammad Agung Ridlo: Bencana Alam, Mengisyaratkan Manusia Harus Belajar dan Berfikir Cerdas

6 April 2023, 04:06 WIB
Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah, Dr Ir Mohammad Agung Ridlo saat Kultum di Masjid Baitussalam, Ngaliyan, Semarang /Dok. Satupena Jateng/

KARANGANYARNEWS - Allah menciptakan alam semesta, termasuk bumi dengan segala isinya. Allah juga menciptakan manusia, untuk menjadi “khalifatul fil ardhi”, yaitu menjadi pemimpin di muka bumi.

 

"Menjadi pemimpin haruslah selalu belajar, agar dalam kepemimpinannya dapat membuat kebijakan yang bermanfaat bagi yang dipimpinnya," kata Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah, Dr Ir Mohammad Agung Ridlo.

Dalam memberikan Kultum (kuliah tujuh menit) seusai salat isya dan tarawih berjamaah di Masjid Baitussalam, Jalan Taman Karonsih Raya, Ngaliyan, Semarang, tadi Mohammad Agung mengatakan pemimpin di muka bumi ini antara lain, misalnya menjadi pemimpin pemerintahan. 

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Kenapa Mimpi Basah Tak Membatalkan Puasa Ramadhan?

Entah itu presiden, gubernur, bupati, walikota, camat, dan lurah, serta lainnya) sampai pemimpin paling bawah, yaitu memimpin keluarga dan memimpin dirinya sendiri.

Manusia, menurutnya diminta untuk selalu belajar. Belajar, sudah menjadi hukum alam yang tidak bisa lepas dari manusia. Belajar memahami diri sendiri, belajar memahami alam, dan memahami ciptaan Allah.

Belajar melalui iqra' (bacalah), membaca apa yang tersurat dan tersirat. Membaca ayat-ayat Alah yang tersurat, membaca kalam ilahi (firman Allah Alquran) dan memahami apa makna dari ayat-ayat Allah tersebut. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang tersirat,  membaca ciptaan Allah.

Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan Hari ke-16, Jumat 07 April 2023: Memohon Dijauhkan Pergaulan Orang Jahat

“Ciptaan Allah adalah alam semesta, bumi  dan segala isinya serta berbagai peristiwa bencana alam yang terjadi. Bencana itu sendiri terbagi dua. Pertama, bencana terjadi karena fenomena alam. Kedua, bencana terjadi karena ulah manusia,” kata dia.

Karena Sunnatullah

Muhammad Agung menuturkan, bencana alam yang melanda negeri kita ini, terjadi karena Sunatullah (hukum Allah). Bencana yang terjadi karena fenomena alam, antara lain letusan gunung api.

Belajar dari bencana tersebut, maka ditemukanlah teknologi sabo. Sabo adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengantisipasi aliran material dan pengendalian sedimen dalam suatu bentang alam, khususnya sungai pada gunung.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Ramadhan Hari ke-15: Allah Mengkabulkan Seluruh Keinginan Dunia dan Akhirat

Ketika gunung mengeluarkan materialnya, baik lahar panas ataupun lahar dingin, maka material-material ini akan tertimbun di dalam suatu cekungan. Dengan harapan mencegah dan menanggulangi terjadinya banjir lahar, dimaksud agar terhindar dari korban harta benda dan jiwa manusia.

Bencana gempa bumi, membuat manusia belajar agar terhindar dari bencana tersebut dan ditemukanlah konstruksi rumah tahan gempa. Sedangkan bencana tsunami, membuat manusia berfikir dalam pembangunan di wilayah pesisir.

"Diantaranya dengan membuat site plan dan menata bangunan meruncing ke arah pantai dan menanam vegetasi mangrove minimal setebal 100 m untuk memfilter alunan gelombang ombak supaya tenang menuju daratan,” tambah dosen Planologi Unissula tersebut.

Baca Juga: Resep Kuliner Ramadhan: Ati Ampela Petai Bumbu Rempah, Dijamin Paling Menggugah Selera

Menurut Muhammad Agung, bencana badai atau angin kencang (lisus, topan, puting beliung, bahorok) membuat manusia berpikir dalam membangun rumah atau perumahan.

Konstruksi  dan struktur harus tahan dengan  tekanan angin dorong maupun angin tarik, sehingga atap bangunan tidak terbang dan bangunan tidak porak poranda.

Bencana wabah penyakit akhir-akhir ini seperti virus Covid-19, membuat manusia bisa belajar dan mendapat ilmu tentang menjaga kesehatan, kebersihan lingkungan, penyediaan vaksin, boster, dan lainnya.

Baca Juga: Mimpi Basah Saat Puasa Ramadhan: Catat, Inilah Syariat Penting yang Terabaikan

Fenomena alam yang berupa bencana ini, dipastikan oleh Allah agar manusia belajar dari pengalaman yang ada. Allah ingin mengukur atau menguji, sejauh mana tingkat keimanan seorang hamba-Nya.

Melihat realita dan membuat kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi sesama manusia yang dipimpinnya, inilah bentuk hubungan antarsesama manusia yang sangat baik.

"Hablum minannas dalam salam kita pada akhir salat. Dengan salam, kita berdoa kepada saudara muslim kita agar diberikan keselamatan dan rahmat dari Allah," tambahnya.

Baca Juga: Inilah Jawaban dan Syariatnya, Kenapa Pacaran Saat Puasa Ramadhan Tidak Diperbolehkan?

Sesama muslim, dianjurkan untuk mengucapkan salam ketika bertemu. Artinya, kita harus berbuat baik yang bermanfaat bagi sesama manusia. Khoirunnas anfauhum linnas, artinya sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang dapat memberikan manfaat kepada manusia lainnya.

Dengan belajar, kata Muhammad Agung, kita dapat membuat kebaikan-kebaikan, menyelesaikan persoalan-persoalan dan bencana yang terjadi untuk membantu sesama manusia.

Belajar itu sejak lahir dan terus selama manusia itu ada, maka selama itu pula manusia belajar.  Belajar, menurutnya akan finish atau berakhir jika sudah masuk liang lahat. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler