Kisah Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Perubahan Arah Kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah

- 28 Mei 2024, 18:05 WIB
Kisah Masjid Qiblatain, saksi bisu perubahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah. Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. (Foto: kemenag.go.id)
Kisah Masjid Qiblatain, saksi bisu perubahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah. Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. (Foto: kemenag.go.id) /

KARANGANYARNEWS- Kisah Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Perubahan Arah Kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kakbah. Kota Madinah sangat kaya dengan situs bersejarah yang sering dikunjungi, baik oleh jemaah umrah dan haji, maupun penduduk Arab Saudi. Kota ini mengingatkan mereka akan sejarah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.

Salah satu situs di Madinah adalah Masjid Qiblatain. Masjid ini terletak sekira tujuh kilometer di sebelah Timur Laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di bekas rumah Bani Salamah.

Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (Palestina) dan kiblat kedua menghadap ke Kakbah di Masjidil Haram, Makkah.

Baca Juga: Berapa Kali Operasi Caesar Bisa Dilakukan? Simak Penjelasannya di Sini Moms

Dikutip dari Arabnews, masjid ini dibangun Sawad bin Ghanam bin Kaab pada tahun kedua hijriah. Tempat ini secara historis menjadi penting bagi umat Islam karena di sanalah turunnya wahyu Alquran kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk mengubah arah kiblat.

Menurut Konsultan Ibadah PPIH Daker Madinah, Prof Dr KH Aswadi MAg, hal itu terjadi pada Bulan Syakban ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memimpin para sahabatnya saat salat zuhur, kemudian turun wahyu untuk menghadap ke arah Kakbah.

Ketika sudah salat dua rakaat, turunlah wahyu yang memerintahkan untuk mengubah arah kiblat, nabi pun langsung melakukan sesegera mungkin untuk melakukan perubahan itu.

Baca Juga: Minum Es Bikin Ukuran Janin Jadi Besar, Benarkah? Ini Dia Faktanya

"Itu merupakan perintah langsung di rekaat kedua atau dua rekaat bagian yang kedua. Langsung baginda rasul mengalihkan kiblatnya dari Baitul Maqdis ke Kakbah Baitullah. Ini kemudian diikuti oleh semua jemaah," katanya, dilansir dari laman Kementerian Agama RI, kemenag.go.id.

Sejarah Perubahan Arah Kiblat

Menurut Aswadi, ada perbedaan pendapat mengenai waktu perpindahan arah kiblat.

"Itu tahun kedua Hijriah. Jadi, sebagian mufassir menyatakan bahwa itu terjadi di Bulan Syakban. Ada yang mengatakan di Bulan Rajab. Ada yang mengatakan itu adalah Hari Senin. Ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan salat zuhur, ada yang mengatakan salat asar," beber guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

Baca Juga: Bagaimana Kehamilan Bisa Terjadi? Begini Prosesnya

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan itu terjadi saat salat zuhur. “Pendapat yang paling tepat adalah salat yang dikerjakan di Bani Salamah pada saat meninggalnya Bisyr bin Barra' bin Ma’rur adalah salat zuhur. Sementara, salat kali pertama dikerjakan di Masjid Nabawi dengan menghadap Kakbah adalah salat asar."

Kisah perpindahan arah kiblat ini bermula ketika Nabi Muhammad mengunjungi ibu dari Bisyr bin Barra' bin Ma’rur dari Bani Salamah yang ditinggal mati keluarganya. Saat tiba waktu salat, nabi pun salat bersama para sahabat di sana.

Dua rekaat pertama masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika baru saja menyelesaikan rekaat kedua.

Baca Juga: Nadiem Makarim Resmi Batalkan Kenaikan UKT usai Picu Kontroversi

Dalam Alquran, Allah berfirman, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144).

Begitu menerima wahyu ini, rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti semua jemaah menghadap Masjidil Haram. Awalnya, kata Aswadi, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah, seperti tercantum dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 96: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Baca Juga: Maudy Ayunda Rilis Lagu Baru Cahaya Tahun Ini, Ungkap Kisah Hidup Pribadi

Sementara Al-Quds (Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari Bani Israil. Dari Madinah, Baitul Maqdis berada di sebelah Utara, sedangkan Baitullah di bagian Selatan.

Ketika masih di Makkah, nabi salat menghadap Baitul Maqdis, sekaligus menghadap Kakbah. Nabi menghadap ke Utara di mana posisi Kakbah searah dengan Baitul Maqdis.

Perubahan arah kiblat sendiri sudah diinginkan nabi karena selama di Makkah beliau salat menghadap ke Baitul Maqdis, bahkan sampai di Madinah pun, beliau masih menghadap ke sana lebih dari setahun.

Baca Juga: Apakah Masih Bisa Hamil Lagi setelah Keguguran? Simak Penjelasannya di Sini Mom

Beliau terus memohon, mencari kepastian dan berharap agar kiblat dipindahkan ke Kakbah, sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 144, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai."

Arsitektur Masjid Qiblatain

Masjid Al-Qiblatain sudah mengalami beberapa kali pemugaran hingga renovasi. Awalnya masjid ini dikelola oleh Khalifah Umar ibn al-Khattāb. Selanjutnya direnovasi dan dibangun kembali ketika Kesultanan Usmani berkuasa.

Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd pernah memperluasnya, merenovasi dan membangun dengan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.

Baca Juga: Apakah Ibu Hamil Boleh Dipijat? Cek Jawabnya di Sini Mom

Di bagian luar, arsitektur masjid terinspirasi dari elemen dan motif tradisional sehingga menampakkan citra autentik sebuah situs bersejarah.

Ruang salat mengadopsi geometri dan simetri ortogonal yang ditonjolkan dengan menara kembar dan kubah kembar. Kubah utama menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua hanya dijadikan sebagai pengingat sejarah. Ada garis silang kecil menunjukkan transisi perpindahan arah kiblat.

Masjid Qiblatain awalnya memang memiliki dua arah mihrab menonjol, umumnya digunakan oleh imam salat ke arah Makkah dan Palestina.

Usai renovasi, Masjid Qiblatain dibangun dengan memfokuskan satu mihrab menghadap kakbah di Makkah, sedangkan penanda kiblat lama yang ke Baitul Maqdis dipasang di atas pintu masuk ke ruang salat. Desainnya merupakan reproduksi mihrab Sulaimani seperti di ruang bawah kubah sakhrah (kubah batu) di Yerusalem, mengingatkan kepada mihrab Islam tertua yang masih ada. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah