Tanpa Tanda Tanya, 'Surga di Mana' Sulis Bambang Belum Menguak Tabir Neraka

29 Januari 2023, 22:01 WIB
Sulis Bambang (berdiri di belakang nomor 4 dari kiri) bersama sebagian hadirin, seusai peluncuran buku kumpulan Cerpennya 'Surga di Mana' /Dok Satupena Jateng/

 

KARANGANYARMEWS - Kegelisahan menjadi sumber kreativitas dan ilham bagi penciptaan karya-karya sastra Sulis Bamban. Termasuk karya-karya Cerpen dalam buku antologi 'Surga di Mana'.

"Cerpen-cerpen dalam buku ini terkesan antilogika, meskipun penggarapannya berangkat dari realisme formal. Namun, Sulis Bambang  cukup bagus menciptakan kenyataan literer dalam karya-karyanya," kata Gunoto Saparie.

Demikian disampaikan Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Gunoto Saparie saat  menyampaikan tanggapan  terbitnya buku kumpulan atau antologi cerita pendek berjudul 'Surga di Mana' karya Sulis Bambang.

Baca Juga: Diprakarsai Satupena Jawa Tengah, Puluhan Penulis Siap Terbitkan Antologi Esai 'Dari Bencana ke Bencana'

Buku setebal 106 halaman yang diterbitkan Gigih Pustaka Mandiri Semarang, inj memuat 5 Cerpen karya Sulis Bambang, keseluruhan Cerpen dia  berkisah tentang surga.

Lima cerpen itu berjudul 'Surga yang Menggelap, Surga Orang Sebelah, Surga yang Menyesatkan, Surga Ikhlas, dan Surga di Mana' (yang menjadi judul buku kumpulan cerpen).

Sejujurnya Gunoto Saparie mengaku merasa terganggu, ketika menemukan sejumlah kata yang ditulis tidak secara baku. Seharusnya Sulis Bambang mengacu pada Pedoman Umum Pembentukan Istilah, untuk sejumlah kata asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Baca Juga: Termuat dalam Antologi Puisi Esai Satupena Pusat, Inilah 11 Penulis Jawa Tengah dan Karyanya

Dalam acara yang sama, Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah Mohammad Agung Ridlo mengkritisi judul buku sebagaimana tertulis di cover, 'Surga di Mana'.

"Barangkali Sulis Bambang sedang mencari di mana surga itu berada. Namun, di cover tidak ada tanda tanya," kata dia dalam acara yang digelar di Warung Kopi Alam, Jl Singosari, Semarang, Sabtu 28 Januari 2023.

Mohammad Agung Ridlo menuturkan, jika tidak ada tanda tanya pada judul bukunya, barangkali Sulis Bambang ingin memberi informasi (gambaran) lokasi surga, seperti yang dikisahkan pada lima Cerpen dalam bukunya.

Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi

Menurut dia,  Cerpen pertama 'Surga yang Menggelap' dikisahkan ada hubungan sedarah atau atau inses (incest), hubungan seksual yang dilakukan  antara ayah dengan anak perempuan bungsunya.

"Sewaktu di sorga anak bungsunya teringat akan perilaku bapaknya. Artinya, ingatan anak bungsunya tentang  inses ini terbawa sampai surga. Hanya saja endingnya belum tuntas, sang ayah tidak ditemukan di surga yang berarti berada di neraka," jelasnya.

Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah mengusulkan, setelah buku ini semoga segera terlahir lagi karya Sulis Bambang kumpulan Cerpen bertema kehidupan di neraka. Tentu saja penggambarannya lebih mencekam, mengerikan, dan hal-hal lainnya.

Baca Juga: 7 Jodoh Pinasti Minggu Kliwon, Dijamin Mendulang Limpahan Rejeki dan Peluruh Pedihnya Sakit Hati

Sementara itu aktivis perempuan Niniek Jumoenita merasakan bagaimana kekerasan cerita  perempuan dan anak, dalam buku karya Sulis Bambang bukan lagi sekadar fiksi. Cerita semacam ini, sangat dekat dan nyata karena tiap hari dia tangani.

"Karena itu saya justru melihat Sulis Bambang ikut kampanye buruknya akibat kekerasan perempuan dan anak. Hal itu dilakukan Sulis Bambang dalam Cerpen-cerpennya," tandasnya.

Sulis Bambang menyatakan, dirinya tidak terpengaruh dengan berbagai tanggapan atas buku kumpulan Cerpennya. Para hadirin mau memuji atau mengkritik, silakan.

Baca Juga: Bus Persis Solo Diserang Oknum Suporter di Tangerang, Kaesang Meradang

"Terserah bagaimana pendapat pembaca. Saya tetap jalan terus. Saya tetap menulis dan menulis," kata Sulis Bambang menanggapi sekaligus menjawab sejumlah pertanyaan pembaca.

Nampak hadir juga dalam kegiatan  ini, puluhan sastrawan Semarang. Diantaranya Yanti S. Sastroprayitno, Wiwien Wintarto, Heru Mugiarso, Imanuel Tri, dan Any Faiqoh,

Selain itu dihadiri juga Ibu Uun, Basa Al-Kalam, Lukni Maulana, Adhitia Armitrianto, Didiek WS, Es Cao Dewi, Asrida Ulinuha, Cinta Logika, Slamet Priyatin, dan lainnya. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler