Mentauladani Buya Hamka; Inilah 7 Mutiara Paling Menginspiratif

- 10 April 2022, 20:23 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. /dok pribadi/

Ngaji Bareng |.| Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.

HAJI Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan Buya Hamka  seorang ulama, sastrawan, sejarawan dan juga politikus tidak asing bagi masyarakat Indonesia.

Beliau lahir di Desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat tanggal 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta pada 24 Juli 1981 pada usia 73 tahun.

Meskipun telah lama pergi, karya-karyanya tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat. Dari karya ilmiah, novel hingga cerpennya membawa pesan tersendiri bagi yang membacanya.

Selama hidupnya Buya Hamka dikenal sebagai sosok moderat. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya.

Baca Juga: Jangan Remehkan Kecilnya, Inilah Kebaikan Kecil yang Berbuah Surga

Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen, untuk menyampaikan pesan-pesan moral terutama yang berkaitan dengan keutamaan Islam.

Selain sebagai pribadi yang moderat, Buya Hamka terkenal juga sebagai sastrawan Balai Pustaka pada masa Belanda.

Beliau menjadi sastrawan tanpa latar belakang pendidikan sastra, seperti teman-teman seangkatannya di Balai Pustaka, tak heran ia disebut-sebut sebagai pembelajar otodidak.

Baca Juga: Ngaji Hikam: Apakah Amal Ibadah akan Membawa Kita Masuk Surga?

Di bawah ini ada 7 kata mutiara Buya Hamka yang sangat menginspirasi, dirangkum dari berbagai sumber;

1.Tugas Kita Mencoba

"Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil"

Berhasil atau tidak hal yang paling penting adalah mencobanya terlebih dahulu, kalau tak pernah mencoba tak akan pernah tahu hasilnya. Kurang lebih begitu apa yang hendak disampaikan Buya Hamka.

Baca Juga: Cinta Dunia Pangkal Segala Kesalahan, Inilah 6 Aspeknya

Kebanyakan dari kita justru hanya fokus dengan kata berhasil itu sendiri sehingga yang terjadi kemudian adalah terlalu banyak pertimbangan, ini tidak lepas dari perasaan takut yang kerap hinggap dan membuat kita enggan mencoba.

2.Jangan Takut Gagal

"Jangan takut gagal karena orang yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah melangkah"

Sehubungan dengan kutipan sebelumnya masih tentang soal mencoba atau melangkah. Jangan pernah takut gagal, katanya gagal adalah milik orang-orang yang tidak pernah melangkah. Lebih tepatnya mending gagal setelah melangkah daripada gagal karena tidak pernah mencoba.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Secangkir Kopi

Bagi kaum muda, semangat seperti ini harus terus dipelihara dalam diri, diterapkan secara konsisten ke dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih hidup yang berhasil dalam segala bidang.

3.Tak Sekedar Hidup dan Tak Sekedar Bekerja

"Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja"

Artinya manusia memiliki akal yang bisa digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan.

Manusia dengan akalnya dituntun untuk memiliki hidup bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain dan lingkungannya.

Baca Juga: Awas! Jangan Lakukan Dua Dosa Ini di Bulan Ramadhan, Begini Penjelasan Gus Baha

Bukan hanya hidup, saat bekerja manusia juga seharusnya bukan saja melibatkan pikirannya tapi juga perasaannya. Mengerti mana yang masuk ke dalam ranahnya dan mana yang bukan, mana yang hak miliknya dan mana yang bukan. Supaya saat bekerja tak menyakiti juga merugikan orang lain.

4.Kecantikan Abadi dan Ketinggian Ilmu

"Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya"

Bagaimana cara seseorang bersikap kerap mencerminkan bagaimana kualitas dirinya. Seorang yang memahami adab dan memiliki ilmu tak akan berbuat sesuatu yang akan merugikan orang lain atau tidak patut.

Baca Juga: Rencana Allah Senantiasa Terindah Teruntuk Umat-Nya

Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari apa yang dia pakai, karena apa yang dia pakai belum tentu mencerminkan dirinya, belum tentu sebaik sikapnya. Itu artinya keutamaan seseorang menurut Buya Hamka dipandang dari adab dan ilmunya.

5.Ilmu Melapangkan Hidup

"Semakin banyak ilmu semakin lapang hidup, semakin kurang ilmu semakin sempit hidup"

Maka dari itu mencari ilmu tidak ada batasannya karena semakin banyak ilmu maka hidup akan semakin lapang. Ilmu juga akan membuat pikiran jadi lebih terbuka terhadap banyak kemungkinan, terbuka terhadap banyak perbedaan.

Begitu pun sebaliknya semakin kurang ilmu maka semakin sempit pula hidupnya. Bagai katak dalam tempurung barang kali itu adalah istilah yang pas bila kita kekurangan ilmu. Sempit tapi sombong.

Baca Juga: Kemuliaan Masa Muda Jaminan Kemuliaan Hidup Sampai Tua

6.Kehidupan Bagai Lautan

"Kehidupan itu laksana lautan, orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah Ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi"

Kehidupan berjalan sangat keras, orang yang tidak punya kekuatan juga keberanian yang tinggi maka siap-siap akan tergerus oleh waktu.

Bukan hanya keberanian dan kekuatan, menjalani hidup kita juga perlu seni membaca, membaca situasi dan kondisi supaya kita tidak pernah tersesat dalam kepentingan-kepentingan orang yang tidak kita mengerti.

Baca Juga: Mentauladani Keberkahan Usia Panjang Sahabat Rasulullah SAW

Kalau sudah terjebak dengan kepentingan-kepentingan yang tidak kita mengerti, kita hanya akan jadi manusia yang dimanfaatkan manusia lainnya.

Benar apa yang dibilang Buya Hamka kemudian, kita harus memegang kemudi dan menjaga layar supaya kita tak karam digulung oleh ombak dan gelombang.

7.Cinta Bukan Melemahkan dan Menghinakan

"Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat"

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Nama Japamantra dan Doa

Selain petuah-petuah soal kehidupan, Buya Hamka juga memiliki cara pandang tersendiri terhadap makna dari cinta. Baginya cinta harusnya membangkitkan kekuatan, penuh kegagahan bukan malah melemahkan semangat.

Bagi kamu yang sedang jatuh cinta, coba telaah kembali benarkah cinta yang kamu rasakan adalah cinta yang membangun, cinta yang membawamu pada sesuatu yang semangat. Kalau belum, maka perbaikilah menuju ke makna yang dimaksud. ***  

Drs. H. Moch Isnaeni, M,Pd. |.| Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)  Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Komisi Dialog FKUB, Pembina DDII, Sekretaris Dai Kantibmas Polres dan praktisi dakwah media cetak maupun online di Kabupaten Klaten.

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x