Jejak Raden Mas Said (2): Hengkang dari Istana Melunasi Spirit Patriotiknya

13 November 2021, 16:10 WIB
Patriotik dan heroisme perjuangan Raden Mas Said, dalam ‘Sendratari Nyi Ageng Karang’ yang digelar setiap Hari Jadi Kabupaten Karanganyar /Kustawa Esye/

KARANGANYARNEWS – Terspirit jiwa patriotiknya, Raden Mas Said memilih hengkang dari istana menentang kesewenang-wenangan Paku Buwono II, Raja Kartosuro yang telah didominasi intrik politik kolonial Belanda.

Raden Mas Said meninggalkan Keraton Kartosuro hari Rabu Kliwon, tanggal 3 Rabiulakhir Tahun Jimakir, 1666 (menurut penanggalan tahun Jawa) atau tahun 1741 (Masehi), sinengkalan ‘Rasa Retu Ngoyag Jagad’.

Bersama Raden Mas Sutowijoyo yang diangkat sebagai panglima perang, bergelar Kyai Ngabehi Ranggo Panambang, dan Ki Wirodiwongso yang juga diangkat patih bergelar Kyai Ngabehi Kudonowarso, Raden Mas Said menghimpun kekuatan di daerah Nglaroh.

Baca Juga: Jejak Raden Mas Said (1): Alap-alap Samber Nyawa, Putra Bangsawan yang Terbuang

Selain kedua pengikut setianya tadi, Raden Mas Said juga diikuti para pemuda dari Kartosuro yang simpati terhadap misi perjuangannya. Awalnya hanya 18 pemuda, kemudian hari bertambah menjadi 24 pemuda.

Di Nglaroh, lereng barat Gunung Lawu kini wilayah Kabupaten Wonogiri, Raden Mas Said mempersiapkan perlawanannya, dengan melatih olah kanuragan, strategi perang dan laku spiritual reliqius kepada pengikutnya.

Spirit perjuangannya menentang penguasa Keraton Kartosuro yang bersekutu dengan VOC atau kolonial Belanda, juga lebih tertempa para Kyai dan sesepuh. Dua diantaranya, Kyai Nuriman dan tokoh agama di desa tersebut.

Baca Juga: Pasar Ngat Pahingan, Ikon Wisata Lereng Merapi Unik Nan Eksotik

Kesungguhannya berlatih kanuragan dan ketekunannya mengasah ilmu spiritual reliqius para pengikutnya, menjadikan dalam waktu singkat  Raden Mas Said berhasil membentuk pasukan tangguh dan pemberani.

Dalam buku ‘Sejarah dan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’, terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar dijelaskan, awal perjuangannya Raden Mas Said bergabung dengan Sunan Kuning.  

Sunan Kuning yang bernama kecil Mas Garendi, bangsawan yang sepaham dan seperjuangan Raden Mas Said, menentang kekuasaan Susuhunan Paku Buwono II yang bersekutu dengan pucuk pimpinan VOC.

Baca Juga: Joko Songo dan Perlawanan Heroik terhadap Belanda di Karanganyar

“Bergabungnya Raden Mas Said dengan Sunan Kuning, berlatar  peristiwa pemberontakan etnis China terhadap VOC di Batavia,” terang Ki Panji Koeswening, tim penulis yang juga editor buku Sejarah Raden Mas Said tadi.  

Di Keraton Kartosuro juga terjadi pemberontakan etnis China yang dipimpin Sunan Kuning,  dan berhasil mengambil alih kekuasaan Keraton. Peristiwa ini, kemudian dikenal dengan sebutan Geger Pacinan.

Susuhunan Pakubuwono II, Raja Keraton Kartosuro yang saat itu bertahta  melarikan diri ke Ponorogo. Akibatnya, Sunan Kuning mengangkat dirinya sebagai Raja Mataram di Kartosura, bergelar Sunan Amangkurat V.

Baca Juga: Primbon Jawa, Peraih Peluang dan Kesempatan Terdepan Sabtu Pon

Dalam pengungasiannya di Ponorogo, Susuhunan Paku buwono II meminta bantuan VOC yang bermarkas di Batavia. Karena bantuan Belanda inilah, Paku Buwono II berhasil merebut tahtanya kembali.

Untuk menyelamatkan diri dan pasukannya, Sunan Kuning menyingkir dari Keraton Kartosura dan mengungsi atau bersembunyi ke Randulawang, sekarang wilayah Kabupaten Grobogan.

Mengetahui peristiwa ini, Raden Mas Said yang berkeinginan segera melakukan perlawanan kepada Susuhunan Paku Bowono II, dikarenan pasukannya belum seberapa memutuskan bergabung  dengan Sunan Kuning, atas anjuran  Patih Kudonowarso.

Baca Juga: Usmar Ismail Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Sesampai di Randulawang, Raden Mas Said bersama pengikutnya diterima penuh suka cita Sunan Kuning. Saat itu juga dia diangkat sebagai Pangeran, sekaligus dijadikan Panglima Perang, bergelar Pangeran Prang Wadono Pamot Besur.

 Sedangkan kedua  adik Raden Mas Said yang ikut seperjuangan kakak kandungnya, oleh Sunan Kuning diberi juga diberi gelar Pangeran Panenggak dan Pangeran Timur.

Pelarian dan keberadaan Sunan Kuning di Randulawang.  Pasukan Keraton Kartosuro yang dibantu bala tentara Belanda bersenjata api, mengejar dan ingin membinasakannya.

Baca Juga: Terinspirasi Filosofi Keseimbangan Alam, Ki Joko Melukis Wayang Bermedia Sekam Padi

Raden Mas Said tak mau melepaskan ‘kesempatan emas’ ini, kedatangan prajurit Keraton Kartosuro bersama tentara Belanda, justru dijadikannya uji coba keberanian dan ketangguhan pasukannya melawan musuh sebenarnya.

Dihitung dari jumlah personil, sangat tidak sebanding. Hanya berbekal 200 prajurit, Raden Mas Said beserta dua adiknya memimpin berlaga menghadapi pasukan gabungan tak kurang 2000 personil.  

Anehnya, prajurit Keraton Kartosuro dan tentara VOC yang bersenjata api kocar-kacir dibuatnya. Namun demikian, karena diniati hanya sebagai uji coba baik Raden Mas Said maupun Sunan Kuning memilih menarik mundur prajuritnya. (Bersambung) ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler