Pada masa itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda artinya setelah, sehingga dua tradisi tersebut dilakukan setelah lebaran (Idul Fitri).
Pada masa Walisongo, sehingga Lebaran Ketupat dirayakan bersama dengan tradisi selamatan, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus untuk silaturahmi setelah Idul Fitri.
Mengapa ketupat? Konon karena Sunan Kalijogo menyesuaikan dengan masyarakat pesisir banyak memiliki pohon kelapa. Bunkus ketupat sendiri dibuat dari janur atau dan kelapa muda.
Baca Juga: Doa Perjalanan Arus Balik Lebaran 2024: Terhindar Kemacetan, Selamat Sampai Tujuan
Filosofi Lebaran Ketupat
Kata ketupat sendiri berasal bahasa Jawa yang artinya empat, berkaitan dengan rukun Islam ke-4, puasa. Ada juga yang menyebut kupat yang artinya laku papat atau empat tindakan.
Empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran artinya usai atau berakhirnya bulan Ramadan.
Kemudian, luberan berarti melimpah atau saling berbagi rezeki kepada sesama. Leburan adalah melebur atau menghilangkan dosa melalui saling memaafkan.
Baca Juga: 5 Keistimewaan Puasa Syawal: Catat, Jangan Dilewatkan
Sedangkan laburan atau labor adalah kapur untuk memutihkan dinding. Laburan adalah simbol manusia harus senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.