Bakdo Kupat, Ini 10 Fakta tentang Sejarah dan Filosofi Ketupat

- 6 Mei 2022, 12:35 WIB
Filosofi ketupat bukan sekedar formalitas
Filosofi ketupat bukan sekedar formalitas /Instagram @hafi22in/

KARANGANYARNEWS - Lebaran selalu identik dengan kupat (bahasa Jawa) atau ketupat, yang disajikan bersama opor ayam serta sambel goreng krecek ditambah kerupuk udang.

Bahkan ada tradisi, tujuh hari setelah lebaran, masyarakat mulai merayakan lebaran ketupat atau bakdo kupat.

Selongsong ketupat, atau daun janur yang sudah dianyam untuk pembungkus ketupat, mulai bertebaran di pasar hingga masyarakat berduyun-duyun membelinya.

Setelah dibeli, daun pembungkus ketupat siap untuk diisi beras, dikukus hingga matang dan siap untuk disantap bersama makanan pelengkapnya.

Perayaan Lebaran Ketupat merupakan tradisi masyarakat Jawa yang diwariskan secara turun menurun.

Inilah 10 fakta tentang sejarah dan filosofi yang terkandung dari ketupat, yang dirangkum dari Instagram @kemenparekraf.ri.

1. Hindu Budha

Sejatinya ketupat sudah ada sejak masa kejayaan Hindu - Budha, yang biasa disebut kupat, tipat atau sesuai nama di masing-masing daerah.

2. Diperkenalkan Wali

Seiring berkembangnya zaman, ketupat pun berakulturasi dengan tradisi Islam, yang diperkenalkan Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa, dengan membudayakan membuat ketupat, setelah lebaran.

3. Tradisi Dewi Sri

Tradisi ketupat, diambil dari tradisi pemujaan Dewi Sri, atau Dewi kemakmuran serta kesuburan pertanian.

4. Upacara Syukuran

Berjalannya waktu, ketupat pun hadir dalam berbagai upacara syukuran, seperti Sekaten yang merupakan syukuran panen, Grebeg Mulud saat perayaan Maulid Nabi, serta upacara adat di Bali.

5. Anyaman Janur

Perbedaan dalam masyarakat Jawa, harus dilekatkan dengan silaturahmi, yang erat seperti anyaman janur.

6. Kupat

Akronim dari ngaku lepat yang berarti mengaku bersalah atau juga laku lepat, yang berarti empat tindakan, yakni lebaran, pintu ampunan terbuka lebar, luberan atau luber yang mengajarkan bersedekah, leburan, saling memaafkan dan laburan atau putih kapur, yang merupakan makna bersikap menjaga kesucian lahir batin.

7. Beras

Dilambangkan sebagai nafsu dunia, sedangkan janur diartikan sebagai hati nurani, hal ini mengandung arti bahwa sebagai manusia, harus dapat menutupi nafsu duniawi dengan selalu mengedepankan hati nurani.

8. Janur

Diambil dari singkatan Jatining Nur, atau hati nurani, yang dalam bahasa Arab adalah ja'a nur, yang berarti telah datang cahaya.

9. Bentuk Ketupat

Diibaratkan sebagai kiblat papat, atau mata angin, serta limo pancer yakni kiblat, yang merupakan simbol hati manusia, yang sudah mengakui kesalahan, diibaratkan seperti ketupat dibelah, dengan isi putih bersih, tanpa iri dan dengki karena hati sudah dibungkus cahaya.

10. Butiran Beras

Banyaknya butiran beras di dalam ketupat, diibaratkan sebagai kemakmuran dan kebersamaan. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah