Selain berkomitmen terhaadap kebangsaan, juga berlatar toleransi, antikekerasan dan akomodatif terhadap kearifan lokal yang menjadi konsen para penyair ditorehkan dengan narasi yang tidak saja puitis.
“Kandungan puisinya sarat dakwah kebangsaan yang jadi kapital sosial memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan”, tegas Taslim Syahlan.
SatupenaBaca Juga: Bedah Buku ‘Sunan Kuning’ Menandai Deklarasi Satupena Jateng
Dia sebutkan, buku ini tidak saja layak untuk dibaca semua kalangan, tapi juga sebagai upaya strategis menginternalisasikan nilai-nilai moderasi beragama dengan sentuhan narasi puitis-persuasif.
Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Musta’in Ahmad sangat apresiatif terbitnya buku antologi puisi moderasi beragama ini. Menurutnya, buku ini sarat pesan moral dan religius untuk semua kalangan.
Sebagai ikhtiar menggugah rasa persaudaraan antarsesama tanpa membedakan dan tanpa saling menghakimi, agar kita semua dapat menyuarakan indahnya kebersamaan dan perdamaian.
Baca Juga: Apresiasi Buku Perjanjian Giyanti, Bupati Juliyatmono: Sebarluaskan ke Seluruh Anak Didik
“Semoga buku ini dapat menjadi referensi untuk lebih memahami makna moderasi beragama, sehingga kita bisa lebih toleran melalui sikap moderat dalam menjalankan ajaran agama,” katanya.
Ketua tim editor antologi puisi moderasi beragama, Mohammad Agung Ridlo menambahkan buku ini sebagai instrumen untuk menggaungkan spirit toleransi di tengah khalayak luas, hal itu diekspresikan para penyair dengan segenap rasa dan gaya yang multiwarna.
“Perlu diapresiasi, puisi-puisi dalam buku ini akan makna, ungkapan yang tersaji dapat memberi motivasi dan kontribusi secara individual maupun kolektif sebagai solusi menyelesaikan problema yang terjadi. Baik secara moral, mupum maupun spiritual,” tandasnya. ***