Seperti diketahui, kata Guswanto, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau. Sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November ini.
"Sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," katanya.
Di akhir September ini, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, yang berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya.
Pemanasan sinar matahari cukup optimal pada pagi, menjelang siang dan pada siang hari.
Baca Juga: Awas Kemarau Kering Dampak El Nino, BMKG Imbau Hemat Air
Namun demikian, lanjut Guswanto, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri. Ada faktor-faktor lain, seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah.
Kapan Berakhir?
"Kondisi fenomena panas terik ini diprediksikan masih dapat berlangsung dalam periode oktober ini, mengingat kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," terang Guswanto.
Lebih lanjut Guswanto mengatakan, pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari.
Baca Juga: Fenomena Unik Waduk Gajah Mungkur saat Kemarau, Ada Penampakan Makam Kuno
"Supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," pungkas Guswanto.***