Terlahir dari Kekawatiran Maraknya Radikalisme, Inilah 69 Penyair Antologi Puisi Moderasi Beragama

- 11 Desember 2022, 16:05 WIB
Lounching antologi puisi moderasi beragama berjudul “Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna” karya 69 penyair,  Minggu 11 Desember 2022
Lounching antologi puisi moderasi beragama berjudul “Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna” karya 69 penyair, Minggu 11 Desember 2022 /Dok Satupena Jateng/

Menurut Gunoto Saaparie, ada juga Muhamad Zaeni, Muhammad Abdullah Asror Al-Maksumi, Mulyadi J. Amalik, Musta’in Ahmad, Ngakan Made Kasub Sidan, Nia Samsihono, Ni Luh Murni Asih, Nur Rakhmat, Noor Hayati, Ribut Achwandi, Rohadi Noor, Rosyidi Ariyadi, Roso Titi Sarkoro, Sastrowidjojo, Siamir Marulafau, Soekoso DM, Sri Andayani, Sri Haryanti, Sri Umsi, Sugiyatno DM, Sutirman Eka Ardhana.

“Termasuk diantaranya Taslim Syahlan, Tirta Nursari, Tri Dewi Nugrahini, Vironika Sri Wahyuningsih, Wanto Tirta, Warsono Abi Azzam, Yonas Suharyono, Yuliani Kumudaswari, Zaidatul Arifah, dan Zaimatul Chasanah,” jelasnya.

Sekretaris Umum Satupena Jateng Dr Ir Mohammad Agung Ridlo menambahkan, dalam diskusi buku yang dipandu Bendahara II Satupena Jateng Dr Sutji Harijanti ini, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT) Dr Ganjar Harimansyah MHum menjadi pembedah bersama Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jateng Dra Esthi Susanti Hudiono MSi.

Baca Juga: Tangkal Aliran Ekstrim, Satupena dan FKUB Terbitkan Antologi Puisi Moderasi Beragama

Menurut Agung Ridlo, tema moderasi beragama dipilih ketika akhir-akhir ini muncul fenomena mengkhawatirkan, maraknya radikalisme dan ekstrimisme. Dalam moderasi beragama, salah satu prinsip dasarnya adalah selalu menjaga keseimbangan di antara dua hal.

Ini berarti, inti dari moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam memandang, menyikapi, dan mempraktikkan semua konsep yang berpasangan tersebut.

“Moderasi Beragama, meniscayakan umat beragama tidak mengurung diri dan tidak eksklusif. Melainkan inklusif, melebur, beradaptasi, bergaul dengan berbagai komunitas, dan selalu belajar selain memberikan pelajaran,” kata dia.

Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi

Moderasi Beragama mendorong masing-masing umat beragama untuk tidak bersifat ekstrim dan berlebihan dalam menyikapi keragaman, termasuk keragaman agama dan tafsirnya.

Namun demikian, harus selalu bersikap adil dan berimbang. Ditambahkan, puisi-puisi dalam buku antologi ini berupaya memasyarakatkan konsep Moderasi Beragama, di mana ajaran untuk menjadi moderat bukanlah semata milik satu agama tertentu saja. ***

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x