Bakdan Sapi; Tradisi Unik, Lebaran Teruntuk Sapi di Boyolali

10 Mei 2022, 05:33 WIB
Arak-arakan sapi digiring masing-masing pemiliknya dalam tradisi bakdan sapi, beberapa diantaranya yang ditunggangi pemliknya /Dok SMSolo/

KARANGANYARNEWS – Tak hanya warga masyarakat yang merayakan bakdan atau Lebaran seusai Idul Fitri, di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, piaraan sapid an kambing pun juga merayakan bakdan.

Tradisi unik bakdan sapi ini digelar setahun sekali, tepatnya setiap hari ketujuh seusai  Hari Raya Idul Fitri. Sebagaimana berlangsung di Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Senin 9 Mei 2022.

Meskipun warga setempat menyebut bakdan sapi, namun tradisi ini bukan hanya teruntuk sapi. Hewan piaraan lain, kambing juga diikutsertakan dalam acra tradisi bakdan sapi.

Baca Juga: Libur Lebaran, Inilah 9 Obyek Wisata Terekomended di Kabupaten Klaten

Tradisi bakdan sapi menurut Jaman, tokoh masyarakat masyarakat setempat, dilakukan secara turun temurun sejak kakek nenek warga setempat. Prosesi ritualnya, diawali gelaran kenduri ketupat di sepanjang jalan kampung.

Setiap warga, disebutkan Jaman membawa tenong berisi ketupat berserta lauk pauknya. Disebutkan diantaranya ada opor ayam, sate, olahan daging sapi atau kambing, sambal goreng, rempeyek dan lainnya.  

Ratusan tenong berisi ketupat beserta lauk pauknya tadi, ditata berjajar sepanjang jalan kampung. Warga masyarakat yang membawanya, duduk beralaskan tikar disamping masing-mkasing tenong yang dibawanya.

Baca Juga: 6 Acara Ini Selalu Warnai Lebaran sampai Dua Pekan

Setelah dilakukan ritual doa bersama, dilanjut makan bersama. Tak hanya warga setempat, pengunjung dari luar daerah pun diajak berbaur untuk  makan bersama. Warga setempat, mengaku lebih senang dan sangat bersyukur jikalau makanan yang dibawanya habis di tempat kenduri.

Seusai acara kenduri, seluruh warga bergegas pulang ke rumahnya masing-masing untuk memandikan sapi dan kambingnya. Selain dimandikan, piaraannya juga dimanjakan dengan memberi makan ketupat beserta lauk pauknya.

Puncak acaranya, ditandai dengan arak-arakan seluruh sapi beserta kambing piaraan warga. Diawali dengan kesenian topeng penthul tembem, barisan dibelakangnya beberapa gunungan hasil bumi yang ditandu warga, kemudian  sekelompok seni reog Topeng Ireng.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Ketupat Lebaran

Barisan berikutnya, arak-arakan sapi dan kambing digiring masing-masing pemiliknya. Tak hanya kaum pria, puluhan wanita dan anak-anak juga nampak menggiring piaraan meraka. Bahkan, ada juga beberapa sapi yang ditunggangi pemliknya.

Kepada awak media, Jaman menyebutkan tradisi bakdan sapi di desanya ini dimaksud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, atas limpahan hewan ternak yang dipelihara warga setempat.

“Selain itu juga sebagai upaya melestarikan adat tradisi dari nenek moyang kita, sekaligus untuk lebih mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat,” kata Jaman yang juga Ketua RW IV Desa Sruni, Kecamatan Musuk.

Baca Juga: ‘Gemi Nastiti Ngatiati’; Kado Teruntuk Kaum Ibu di Hari Ibu International

Dampak lainnya dari pelaksanaan tradisi bakdan sapi, bertemunya sapi jantan dan betina dalam arak-arakan secara naluriah memicu birahi untuk segera dikawinkan dan beranak pinak.

Disebutkan juga di Desa Sruni terdapat ratusan sapi milik warga, selain diperah susunya kotoran hewan tersebut juga dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di sawah ladang mereka.

Mitos dari nenek moyang kami yang hingga saat ini dipercayai warga Desa Sruni, setelah mengadakan tradisi bakdan sapi selain hewan peliaraannya cepat beranak pinak hasil pertaniannya pun melimpah,” kata Jaman menambahkan. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler