Khutbah Sholat Idul Fitri 1443 H; Islamofobia Musuh Bangsa yang Beradab

- 29 April 2022, 21:57 WIB
Ilustrasi Sholat Idul Fitri
Ilustrasi Sholat Idul Fitri /Dok PRMN/

KARANGANYARNEWS - Hari Senin tanggal 02 Mei 2022 sudah memasuki tanggal 1 Syawal 1443 H, saatnya umat muslim menjalankan sholat Idul Fitri bersama.

Inilah materi khutbah Idul Fitri 1443 H yang disampaikan Ustadz Irfan S. Awwas Yogyakarta, tentang ‘Islamofobia Sebagai Musuh Bangsa yang Beradab’, dikutip KaranganyarNews.pikiran-rakyat.com dari portal  arrahmah.id;

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ -وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا – مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ – وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

ا يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيْمًا

.أَمَّا بَعْدُهُ : أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Baca Juga: Syariat Mengurangi Makan dan Minum Menurut Rasulullah

Bapak Ibu maásyiral Muslimin Rahimakumullah.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada segenap kaum muslimin sehingga mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan;

Sekalipun di tengah problem ekonomi yang masih terpuruk, kenaikan harga BBM, langka dan mahalnya minyak goreng serta kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada oligarki daripada rakyat.

Hari ini, Senin 2 Mei 2022 kita berada di hari Idul Fithri, 1 Syawal 1443 H, semoga kita semua yang telah menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan yang hadir di sini melaksanakan shalat Idul Fitri, mendapatkan ampunan Allah serta menjadikan ibadah Ramadhan kita sebagai saksi yang meringankan di hadapan pengadilan yaumul akhir.

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Bisakah Taqdir Berubah Karena Doa?

Selanjutnya kita diberi kemauan, kemampuan, serta keikhlasan untuk menyempurnakan ibadah Ramadhan dengan menunaikan puasa 6 hari di bulan Syawal.

Maka marilah kita menyampaikan Shalawat dan Salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada segenap keluarga dan para sahabat beliau serta umat Islam yang setia mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.

Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya, mudah-mudahan Allah berkenan menjadikan kita hamba-hambaNya yang berhak mendapatkan kemenangan di dunia dan kenikmatan surgawi di akhirat kelak, sebagaimana telah dijanjikan dalam Alquran:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)

“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Al-Ahzaab [33]: 70-71)

Baca Juga: Risalah Hari Jumat; Inilah 3 Waktu Mustajab Dikabulkannya Doa

Bapak Ibu maasyiral Muslimin Rahimakumullah.

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ

Seiring dengan berlalunya bulan suci Ramadhan, dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, menyambut kabar gembira dan bahagia fiddunia wal akhirah.

Kegembiraan di akhirat, yaitu mendapatkan ampunan dan surga Ilahy. Sedangkan kegembiraan dunia, terkait fenomena perubahan peta politik gelobal yang perlu disyukuri umat Islam sedunia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk memerangi Islamofobia melalui resolusi GA/12408. Keputusan melawan Islamofobia diambil secara aklamasi oleh anggota Majelis Umum PBB di New York, 15 Maret 2022.

Selama bertahun-tahun, kebencian terhadap Islam dan pemeluknya telah mewarnai kehidupan masyarakat di banyak negara di dunia. Tidak hanya di negeri-negeri yang masyarakat muslimnya minoritas, bahkan di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim pun, Islamofobia itu ada.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Eling Pepeling Filosofi Caping

Sehingga kebebasan masyarakat muslim untuk menjalankan ajaran agamanya direnggut. Bahkan ada yang sampai melakukan tindakan kekerasan, dan pelecehan terhadap Muslimah.

Apakah PBB mulai menyadari, bahwa Islam itu bukan ancaman, Islam ajaran yang menebar rahmah atau kasih sayang untuk seluruh alam. Oleh karena itu, dunia tidak perlu dan tidak seharusnya takut.

Itu artinya, siapapun yang membenci Islam, kini dia akan berhadapan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Siapapun yang mempecundangi, memecahbelah Islam adalah lawan PBB. Lalu, hikmah apa yang dapat diambil umat Islam dalam perang melawan Islamophobia yang digagas PBB ini? Ke depan, inilah agenda besar umat Islam sedunia.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Pacul

Narasi Soal NII dan Islamofobia

Namun sungguh ironi, Indonesia yang menganut asas kemanusiaan yang adil dan beradab, dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Bukannya meratifikasi putusan PBB untuk ikut memerangi Islamofobia, melainkan sebaliknya, menggunakan Islamophobia sebagai alasan untuk membuat kebijakan yang diskriminatif dan rasis.

Narasi kebencian, ketakutan terhadap Islam dan kaum muslimin terus diproduksi, baik untuk kepentingan politik, bisnis, maupun keamanan. Islamophobia semakin lancang disuarakan melalui sinyalemen pejabat dan kebijakan publik.

Fenomena gangguan mental, yang dalam istilah psychology dikenal dengan overthinking, berfikir dan bersikap berlebihan setiapkali berhadapan dengan Islam dan umat Islam, sedang merasuki pola pikir sejumlah pejabat negeri ini.

Fenomena overthinking misalnya, menyeruak melalui statemen pejabat dan Menteri, yang kini sedang viral.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Nama Japamantra dan Doa

Penyidik Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyebut kelompok teroris Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat (Sumbar) mempersiapkan senjata tajam berupa golok dalam upaya melengserkan pemerintah sebelum Pemilu 2024.

Kelompok NII Sumbar, dinyatakan memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo, yakni ingin mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia dengan syariat Islam, sistem khilafah dan hukum Islam.

Kebiasaan melemparkan tuduhan spekulatif pada umat Islam, membutakan seseorang sehingga tidak bisa melihat dosa atau kesalahannya sendiri. Menggulingkan kekuasaan pemerintah dengan bermodal senjata golok? Ini paranoid yang parah. Jangankan senjata golok, kelompok teroris bersenjata di Papua saja tidak bisa melakukannya.

Ancaman NII yang dimaksud, hanyalah spekulasi dan manipulasi. Sementara ancaman lain, nyata ada di depan mata, tapi tidak dipersoalkan. Tuntutan tunda Pemilu dan 3 periode kekuasaan Jokowi, jelas inkonstitusional, melanggar konstitusi RI, dan berpotensi memecah belah bangsa. Mengapa tidak dinyatakan sebagai musuh negara?

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Nama Japamantra dan Doa

Partai politik yang ingin mengganti ideologi Pancasila jadi Trisila bahkan jadi Ekasila, dan ganti dasar negara Ketuhanan YME jadi ketuhanan yang  berkebudayaan, warisan ideologi komunis PKI yang digagas DN Aidit.

Mengapa tidak dinyatakan sebagai musuh NKRI, Antipancasila, pemecah belah persatuan dan kesatuan yang harus dilibas dan dibasmi hingga ke akar-akarnya?

Tapi mengapa Gerakan Islam yang ingin melaksanakan syariat Islam distigma radikal dan intoleran. Dakwah Islam dibully, ulama dipersekusi dan aktivis dibui. Sehingga kebathilan musuh Islam nampak indah dan mempesona. Sebaliknya, kondisi umat Islam seolah buram dan kacau balau.

Menegakkan syariat Islam di lembaga negara, sesungguhnya bertujuan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan perorangan, yang diridhai Allah SWT.

Baca Juga: Catat dan Amalkan, Wirid Tolak Miskin Ala KH Maimoen Zubair

Supaya lebih banyak manusia yang mendapatkan manfaat dari kemuliaan serta keadilan ajaran Islam. Menolak Syariat Islam merupakan donasi/sumbangan terbesar bagi misi Islamofobia.

Narasi Islamofobia, juga datang dari Menteri Agama yang risau dengan suara adzan yang dikumandangkan melalui TOA Masjid. Menurutnya, suara adzan yang keras sama mengganggunya dengan gonggongan anjing di kompleks non muslim.

Kata sang Menteri, “Kalau kita hidup dalam satu kompleks non muslim misalnya, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya, menggonggong dalam waktu yang bersamaan, kita ini terganggu nggak?

Jika suara adzan yang keras dianggap mengganggu non muslim. Lalu, bisakah suara gonggongan anjing diatur agar tidak mengganggu orang Islam? Apakah Menag ingin menunjukkan sikap toleran terhadap gonggongan anjing, tapi intoleran terhadap suara adzan?

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Secangkir Kopi

Sikap overthinking Menag kian memuncak, setelah mengeluarkan kebijakan menghentikan sementara (moratorium) pengajuan izin baru Pendidikan Anak Usia Dini Al-Qur’an (PAUDQU) dan Rumah Tahfidz Al-quran (RTQ), gegara ada spekulasi bahwa PAUD tempat penyemaian bibit teroris. Kebijakan ini berlaku mulai 11 April 2022.

Seorang Menteri lain nekad mengoyak-oyak opini umat dengan mengatakan, bahwa membuat negara dengan sistem seperti nabi itu haram hukumnya.

Katanya, membentuk negara seperti yang dilakukan nabi kini tak lagi relevan. Anehnya, sistem negara seperti Nabi diharamkan. Tapi sistem negara model filosof Yunani, Aristoteles dihalalkan. Inilah kesesatan berfikir!

Ketika seseorang berbuat kesalahan, namun merasa tidak bersalah. Itu malapetaka. Tidak merasa bersalah justru hukuman atas kesalahannya. Ibnul Qayyim berkata, “Hukuman terberat bagi suatu dosa adalah perasaan jiwa yang tidak merasa berdosa.”

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Mendedah Revolusi Mental Ala Serat Kalatida

Allah Swt berfirman,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah Kami belum menjelaskan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu, orang-orang yang selama hidup di dunia melakukan perbuatan sesat, tetapi mereka mengira bahwa yang dia lakukan itu perbuatan benar.” (QS Al-Kahfi (18) : 103-104)

Mereka adalah orang-orang yang tertipu dan salah sangka dengan keadaan dirinya. Menyangka telah melakukan kebaikan agar mendapatkan manfaat darinya, namun ternyata fakta di hari kiamat bertolak belakang dengan perkiraan mereka.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد

Bapak Ibu ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Di zaman kita sekarang ini, banyak orang yang resah, gelisah dan sibuk memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya.

Namun, tidak banyak orang yang gelisah memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap dirinya. Padahal itu jauh lebih penting baginya dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan sesungguhnya, fiddunia wal akhirat.

Baca Juga: Sederet Karomah Mbah Moen; Hentikan Hujan sampai Mobil Tanpa BBM

Imam Ibnu ‘Atho’illah As-Sakandari (1250-1309) dalam Kitab Al-Hikam menjelaskan kedudukan manusia di sisi Allah, dan mengatakan: “Apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Allah akan menyibukkan kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Allah Ridha.

Apabila kamu termasuk ahli celaka, maka Allah akan menyibukkan kamu pada perkara yang dimurkai-Nya.

Disinilah pentingnya muhasabah, koreksi sekaligus introspeksi atas amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.

Suatu ketika, seorang santri penuntut ilmu datang menemui Syeikh ahli tauhid dan berkata: “Saya telah belajar dan berguru ke banyak ulama. Sekarang saya ingin berguru kepada Syeikh…”

Sang Syeikh bertanya: “Kitab apa saja yang sudah engkau baca/pelajari?”

“Sudah banyak kitab karangan ulama hebat dan terkenal yang saya baca dan pelajari,” jawab santri itu.

“Itulah masalahmu. Sungguh engkau masih terlalu bodoh dan tersesat. Tak pernah menghargai dirimu sendiri. Banyak membaca kitab karangan orang lain, tapi belum pernah membaca kitab karanganmu sendiri,” kata Sang Kyai.

Baca Juga: Wajib Dihindari, Inilah 7 Ancaman Memutuskan Silaturahmi

“Saya belum pernah mengarang satu kitab pun. Bagaimana aku membacanya!”

“Itulah… mengapa aku katakan engkau orang yang bodoh lagi tersesat. Padahal kitab karanganmu itu engkau tulis setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap waktu.

Engkau katakan sudah belajar Al-Quran dari guru-gurumu, tapi engkau lupa bahwa Al-Quran menyuruhmu, “Iqra’ Kitabaka”.

Allsh SWT berfirman :

اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ

Kepada setiap orang dikatakan:

“Bacalah catatan amalmu. Pada hari ini cukuplah catatan itu bagi dirimu untuk kamu ketahui apa saja yang telah kamu lakukan di dunia dahulu.” (QS Al-Isra’ (17) : 14)

Hidup seseorang setelah kematianya bagaikan sebuah buku yang akan dibaca oleh orang banyak maka perbaikilah tulisanmu yang ada di dalamnya, jangan pernah menyangka bahwa sampul buku atau chasing itu akan memberi manfaat, sementara isinya hanya berisi amal keburukan.

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Bisakah Taqdir Berubah Karena Doa?

Tapi engkau tak pernah membacanya, malahan membaca kitab-kitab karangan orang lain. Dan engkau banggakan, padahal Al-Quran tidak mewajibkanmu untuk membacanya.

Ketahuilah, engkau belum membaca apa-apa sebelum engkau membaca kitab catatan amalmu sendiri. Sebab engkau tidak akan diminta pertanggung jawaban atas kitab orang lain. Tapi kamu harus mempertanggung jawabkan kitab dirimu yang kamu tulis sendiri setiap waktu dalam hidupmu di dunia ini”.

Santri itu pun terdiam. Merenungkan betapa banyak waktunya ia habiskan percuma, untuk menjelajahi dunia luar hingga lupa menjelajahi dunia dalam dirinya sendiri.

Pernahkah kita bertanya pada diri masing-masing, apakah dalam hidup saya pernah menjadi bagian dari pendukung kezaliman, membenci Islam dan memusuhi ulama? Apakah kita termasuk orang yang mendukung pemimpin pendusta seperti disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw?

اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ

“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para penguasa? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (THR. Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).

Baca Juga: Risalah Hari Jumat; Inilah 3 Waktu Mustajab Dikabulkannya Doa

Kelak di hadapan pengadilan Allah di padang Mahsyar, akan diberikan kepada semua manusia kitab yang merinci amal perbuatan mereka di dunia, baik yang besar maupun yang kecil, yang baik maupun yang buruk.

Lalu kita akan menyaksikan orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, karena orang-orang kafir, dzalim, fasik, munafik, akan tersingkap kedzaliman dan kejahatannya di depan semua makhluk.

Allah Swt tidak mendzalimi siapapun. Tidak akan menghukum seseorang tanpa ada dosanya, tidak pula mengurangi pahala kebaikan orang-orang yang taat.

Begitulah yang di firmankan Allah dalam Al Qur’an:

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا

“Catatan-catatan amal setiap manusia diletakkan pada tangan masing-masing. Kemudian kamu melihat orang-orang yang berbuat dosa mengiba-iba meminta pengampunan atas dosa-dosa yang tertulis di catatan itu. Orang-orang yang berdosa berkata:

Baca Juga: Mudik Lebaran, Inilah 5 Rangkaian Doa Selamat Sampai Tujuan

‘Aduhai celakanya kami, mengapa catatan amalku jadi buruk begini?’ Tidak ada sedikit pun yang tertinggal dalam catatan ini, baik dosa kecil maupun dosa besar.

Semuanya tercatat dengan teliti. Semua manusia mendapatkan catatan semua amal yang telah mereka perbuat di dunia. Tuhanmu tidak akan berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia dalam mencatat amalnya.” (QS Al-Kahfi (18) : 49)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,لا إله إلا الله ,الله أكبر ولله الحمد

Bspak Ibu ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari segala ancaman, diberi kebaikan yang barokah , kehidupan yang sejahtera dan waktu yang paling bahagia.

Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas, dan menerima ibadah puasa Ramadhan kita.

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

Segala puji bagi Allah Rabbul alamin. Pujian yang menyamai nikmat-Nya dan menandingi keutamaan-Nya. Ya Rab kami, untuk-Mu pujian yang sebanding dengan kebesaran dan kemuliaan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu

Baca Juga: Jangan Sampai Dilewatkan, Ini 6 Amalan Sunnah Sebelum Shalat Idul Fitri

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللّٰهُمَّ اِنَّانَسْئَلُكَ سَلَامَةًفِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةًفِى الْجَسَدِوَزِيَادَةًفِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةًفِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةَقَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةًعِنْدَالْمَوْتِ وَمَغْفِرَةًبَعْدَالْمَوْتِ،اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةًمِنَ النَّارِوَالْعَفْوَعِنْدَالْحِسَابِ

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada engkau akan keselamatan Agama dan sehat badan, dan tambahnya ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam rizki dan diampuni sebelum mati, dan mendapat rahmat waktu mati dan mendapat pengampunan sesudah mati.

Baca Juga: 6 Karomah Mbah Moen, Bertemu Nabi Khidir Sampai Terima Pesan Rasulullah

Ya Allah, mudahkan bagi kami waktu (sekarat) menghadapi mati, dan selamatkan dari siksa neraka, dan pengampunan waktu hisab.

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari (tipu daya) orang-orang kafir._ (Qs. Yunus [10] : 85-86)

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَاۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan orang-orang kafir menguasai kami, sehingga kami menderita akibat tindakan buruk mereka, dan ampunilah kami. Wahai Tuhan kami, sungguh hanya Engkaulah Tuhan yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al-Mumtahanah [60] : 5)

 Baca Juga: 5 Ciri-ciri dan Tanda Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

 وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam. *** 

Yogyakarta, 25 Ramadhan 1443 H/ 26 April 2022 M.

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah