Jejak Raden Mas Said (3):Inilah Kawah Candradimuka Alap-alap Samber Nyawa

- 14 November 2021, 13:18 WIB
Pesanggrahan yang juga markas di Desa Mojoroto,  Kecamatan Mojogedang inilah, tempat Raden Mas Said melantik 40 personil Mantri Lebet atau Punggawa Baku
Pesanggrahan yang juga markas di Desa Mojoroto, Kecamatan Mojogedang inilah, tempat Raden Mas Said melantik 40 personil Mantri Lebet atau Punggawa Baku /dok-kustawa esye/

KARANGANYARNEWS - Paska kecamuk perang di Randulawang, Raden Mas Said memilih kembali ke lereng barat Gunung Lawu, kawah Candradimuka tempatnya menempa kekuatan fisik dan kedalaman spirit reliqius.

Secara matematis, peperangan   pengikut Raden Mas Said yang telah bergabung pasukan Sunan Kuning, melawan prajurit Keraton Kartosuro yang diperkuat tentara Belanda di Randulawang, memang jauh tidak berimbang.

Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa, panglima perang di Randulanang ini, tak lebih menurunkan 200 personil gabungan (pengikut Raden Mas Said dan Sunan Kuning) Itu pun, keseluruhannya berbekal senjata tradisional seadanya.

Baca Juga: Jejak Raden Mas Said (1): Alap-alap Samber Nyawa, Putra Bangsawan yang Terbuang

Sedangkan prajurit Keraton Kartosura dan tentara Belanda yang dikomendani Tuan Hohendorff, mengerahkan tak kurang 2000 personil separuh diantanya bersenjata api.

Namun demikian, lebih banyaknya personil dan lebih unggulnya persenjataan memang tidak memastikan meraih kemenangan. Kacamuk Perang di Randulawang ini, contoh konkritnya.

Baik prajurit Keraton Kartosuro maupum tentara VOC Belanda, dibuat kocar-kacir bahkan lebih banyak prajurit Keraton maupun tentara Belanda tewas dalam kecamuk perang ini.

Baca Juga: Jejak Raden Mas Said (2): Hengkang dari Istana Melunasi Spirit PatriotiknyaBaca Juga: Pasar Ngat Pahingan, Ikon Wisata Lereng Merapi Unik Nan Eksotik

Untuk menghindari korban pasukannya lebih banyak lagi, komandan perang Tuan Hohendorff membujuk Sunan Kuning untuk menyerah kepada Belanda, dengan janji  akan dijadikan Raja di Keraton Kartosuro oleh Belanda.

Sunan Kuning tidak tergiur bujuk rayu VOC, baik Sunan Kuning maupun Raden Mas Said tetap terus akan melakukan perlawanan terhadap Raja Keraton Kartosuro, Paku Buwono II maupun VOC Belanda.

Bermaksud menghindari serangan bala bantuan tentara Belanda lebih besar, Raden Mas Said dan Sunan Kuning untuk sementara  sepakat memisahkan pasukannya masing-masih.

Baca Juga: Ini Profil 4 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2021

Sunan Kuning bersama pasukannya menghindar ke Keduwang, Ponorogo. Dan Raden Mas Said bersama pengkutnya menyingkir ke arah lereng barat Gunung Lawu, balik ke markas sekaligus menemui eyangnya di Nglaroh.

Jejak sejarah selanjutnya, Raden Mas Said lebih fokus berjuang melawan kolonial Belanda, hingga berpindah-pindah markasnya perjuangannya di lereng barat Gunung Lawu, sekarang menjadi Kabupaten Karanganyar.

Dalam buku ‘Sejarah dan Nilai-nilai Luhur Raden Mas Said’, terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar disebutkan, basis atau markas perjuangan Raden Mas Said di lereng barat Gunung Lawu, diantaranya di Desa Mojoroto (Kecamatan Mojogedang).

Baca Juga: Pasar Ngat Pahingan, Ikon Wisata Lereng Merapi Unik Nan Eksotik

Selain itu juga di Dusun Segawe dan Dusun Druju (keduanya Desa Karangsari, Kecamatan Jatiyoso), di Desa Tlobo (Kecamatan Jatiyoso), di Desa Hanggabayan (Kecamatan Jumapolo), Desa Somakaton serta Desa  Mangadeg (keduanya Kecamatan Matesih).

Masih ada lagi, diantaranya di Desa Gemantar (Kecamatan Jumantono), Desa Kerjo (Kecamatan Kerjo), dan Desa Bangsri maupun Desa Ngemplak (keduanya Kecamatan Karangpandan)

“Saat bermarkas di Dusun Segawe, Desa Majarata (Kecamatan Mojogedang) Raden Mas Said  sudah dinobatkan menjadi Raja Sokawati oleh Adipati Sujanaputra,” terang Ki Panji Koeswening, budayawan dan sejarawan pengurus Masyarakat Sejarawan Indinesia (MSI) Kabupaten Karanganyar. 

Baca Juga: Primbon Jawa: Minggu Wage, Inilah Kunci Pendongkrak Aliran Rejekimu

Gelar yang disandang Raden Mas Said Pangeran Adipati Anom Amengkunagara Senopati Ing Ngalaga Sudibyaning Prang, selanjutnya desebut Pangeran Adipati Mangkunagara.

Kepada karanganyarnews.pikiran-rakyat.com dikatakan juga, bangunan markas perjuangan yang sekaligus  tempat tinggal Alap-alap Samber Nyawa (Raden Mas Said) di Desa Mojoroto, sama persis kelengkapan bangunan Keraton.

Terdapat juga alun-alun, joglo paseban dan lainnya. Bedanya, keseluruhan bangunan tidak seluas istana Keraton. Di tempat inilah, Raden Mas Said menjalani laku ‘mesu budi’, menempa diri maupun spiritual reliqius.

Baca Juga: Ketauladanan nan Inspiratif, Suwanto dan Yayuk Difabel Relawan Bencana Alam

Di markas yang juga disebut pesanggrahan Mojoroto ini, Raden Mas Said membentuk 40 personil Mantri Lebet, kemudian hari dikenal Punggawa Baku Kawandasa Jaya, 40 pengikut inti yang keseluruhan nama belakangnya diberi gelar ‘Jaya’. (Bersambung) ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah