KARANGANYARNEWS - Paska kecamuk perang di Randulawang, Pangeran Sambernyawa memilih kembali ke lereng barat Gunung Lawu, kawah Candradimuka tempatnya menempa kekuatan fisik dan kedalaman spirit reliqius.
Secara matematis, peperangan Pangeran Sambernyawa dan pengikutnya yang telah bergabung pasukan Sunan Kuning, melawan prajurit Keraton Kartosuro yang diperkuat tentara Belanda di Randulawang jauh tidak berimbang.
Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, panglima perang di Randulanang tak lebih menurunkan 200 personil gabungan (pengikut Pangeran Sambernyawa dan Sunan Kuning). Itu pun, keseluruhannya berbekal senjata tradisional seadanya.
Baca Juga: Mendedah Filosifi Jawa, 7 Maqom Keteladanan Spirit Reliqius Pangeran Sambernyawa
Sedangkan prajurit Keraton Kartosura dan tentara Belanda yang dikomendani Tuan Hohendorff, mengerahkan tak kurang 2000 personil separuh diantanya bersenjata api.
Namun demikian, lebih banyaknya personil dan lebih unggulnya persenjataan memang tidak memastikan meraih kemenangan. Kacamuk Perang di Randulawang (kini masuk wilayah Purwodadi) ini, contoh konkritnya.
Baik prajurit Keraton Kartosuro maupum tentara VOC Belanda, dibuat kocar-kacir bahkan lebih banyak prajurit Keraton maupun tentara Belanda tewas dalam kecamuk perang ini.
Baca Juga: Jejak Pangeran Sambernyawa 1: Raden Mas Said, Putra Bangsawan yang Terbuang
Untuk menghindari korban pasukannya lebih banyak lagi, komandan perang Tuan Hohendorff membujuk Sunan Kuning untuk menyerah kepada Belanda, dengan janji akan dijadikan Raja di Keraton Kartosuro oleh Belanda.