Tradisi Lebaran Ketupat Tanggal Berapa?  Ini Sejarah dan Filosofinya

- 15 April 2024, 18:08 WIB
Lebaran Ketupat Tanggal Berapa?  Ini Sejarah dan Filosofinya.
Lebaran Ketupat Tanggal Berapa? Ini Sejarah dan Filosofinya. /Shutterstcok

KARANGANYARNEWS - Setelah merayakan Lebaran 1 Syawal atau Idul Fitri, sebagian masyarakat akan merayakan Lebaran Ketupat aau juga dikenal dengan nama Bakda Kupat.

Tradisi Lebaran Ketupat ini dilakukan seminggu setelah Idul Fitri, atau pada hari ke-8 di bulan Syawal.  Momen ini juga menandai selesainya puasa Sunnah 6 hai pertama di bulan Syawal.

Saat Lebaran Ketupat, masyarakat akan makan ketupat dan hidangan pelengkapnya bersama keluarga dan tetangga. Ketupat biasanya disajikan dengan, opor, sambal goreng atau rendang.

Baca Juga: Berebut 3 Kuintal Ketupat: Catat tanggal dan Kehebohannya, Grebeg Syawalan Bukit Sidoguro Klaten 

Sejarah Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat ini merupakan tradisi yang digelar di beberapa daerah di Indonesia. Tahun ini Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat jatuh pada Rabu 17 April 2024.

Lebaran Ketupat sendiri merupakan adalah cara masyarakat desa merayakan lebaran. Tradisi ini diperkenalkan pada masa Kesultanan Demak pada abad ke-16 M.

Tradisi bakda kupat ini menjadi bagian dari cara Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, menyebarkan agama Islam di  Jawa. Lebaran Ketupat masih dijalankan hingga saat ini.

Baca Juga: Ketupat Lebaran Syawal: Akulturasi Budaya Humanis Hindu Budha dan Islam 

Pada masa itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda artinya setelah, sehingga dua tradisi tersebut dilakukan setelah lebaran (Idul Fitri).

Pada masa Walisongo, sehingga Lebaran Ketupat dirayakan bersama dengan tradisi selamatan, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus untuk silaturahmi setelah Idul Fitri.

Mengapa ketupat? Konon karena Sunan Kalijogo menyesuaikan dengan masyarakat pesisir banyak memiliki pohon kelapa. Bunkus ketupat sendiri dibuat dari janur atau dan kelapa muda.

Baca Juga: Doa Perjalanan Arus Balik Lebaran 2024: Terhindar Kemacetan, Selamat Sampai Tujuan 

Filosofi Lebaran Ketupat

Kata ketupat sendiri berasal bahasa Jawa yang artinya empat, berkaitan dengan rukun Islam ke-4, puasa. Ada juga yang menyebut kupat yang artinya laku papat atau empat tindakan.

Empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran artinya usai atau berakhirnya bulan Ramadan.

Kemudian, luberan berarti melimpah atau saling berbagi rezeki kepada sesama. Leburan adalah melebur atau menghilangkan dosa melalui saling memaafkan.

Baca Juga: 5 Keistimewaan Puasa Syawal: Catat, Jangan Dilewatkan  

Sedangkan laburan atau labor adalah kapur untuk memutihkan dinding. Laburan adalah simbol manusia harus senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.

Ketupat yang berisi beras yang dibungkus janur adalah sejatine nur yang melambangkan manusia dalam kondisi bersih dan suci setelah berpuasa Ramadhan.

Penggunaan janur mempunyai makna harapan manusia untuk selalu mendapatkan cahaya atau petunjuk Allah SWT.

Baca Juga: Puasa Syawal Sekalian Teruntuk Melunasi Utang Puasa Ramadhan, Bolehkah? 

Dari filosofis tersebut, tradisi Lebaran Ketupat atau bakda kupat adalah momen penyucian dan saling memaafkan antar sesama.

Sementara bentuk segi empat dari ketupat sebali simbol empat jenis nafsu dunia, yaitu nafsu emosional, rasa lapar, nafsu memiliki sesuatu, dan nafsu memaksa diri.

Hidangan pendamping ketupat seperti santan atau santen menurut filosofi Jawa memiliki makna pangapunten atau memohon maaf atas kesalahan.

Baca Juga: Syariat, Waktu Pelaksanaan dan Keutamaan Puasa Syawal 

Dari sajian tersebut kemudian dikenal istilah mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten. Artinya, makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.

Berbeda dengan Lebaran 1 Swayal atau Raya Idul Fitri, tradisi Lebaran Ketupat atau bakda kupat tidak dirayakan dengan ibadah khusus.

Lebaran Ketupat dirayakan dengan makan bersama keluarga, berbagi hidangan berbahan ketupat seperti lontong opor ayam, sambal goreng, dan lainnya. ***

Editor: Ken Maesa Pamenang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah