Jadah, Makanan Tradisional Jawa yang Sarat Makna dan Filofosofi Leluhur

8 Juli 2023, 22:38 WIB
Jadah, makanan tradisional jawa yang sarat makna dan filofosofi leluhur. Jadah memiliki tekstur kenyal dan lengket, biasa dihidangkan bersama kudapan lainnya, seperti wajik dan jenang. (Foto: Dok. Istimewa) /

KARANGANYARNEWS - Jadah, Makanan Tradisional Jawa yang Sarat Makna dan Filofosofi Leluhur. Di dalam pernikahan adat Jawa biasanya banyak hidangan disediakan. Aneka makanan tradisional yang dijajakan umumnya mempunyai nilai filosofi atau arti khusus.

Salah satu jenis makanan yang biasa ada dalam pernikahan adat Jawa ialah jadah. Kudapan ini merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan.

Jadah memiliki tekstur kenyal dan lengket. Makanan tradisional ini biasa dihidangkan bersama kudapan lainnya, seperti wajik dan jenang.

Jadah yang merupakan salah satu sajian dalam pesta pernikahan memiliki makna simbol dan filosofi tersendiri.

Baca Juga: Menilik Produksi Genting di Mojolaban Sukoharjo, Pertahankan Tradisi Warisan Leluhur

Terbuat dari beras ketan lengket, menurut orang tua atau sesepuh, sifat beras yang lengket bisa menjadi pelajaran bagi setiap pengantin agar keduanya senantiasa memiliki hubungan lengket atau hubungan erat dan susah untuk dipisahkan.

Selain itu juga dalam proses pembuatannya, jadah membutuhkan waktu lama serta kesabaran ekstra.

Hal ini bisa diartikan supaya kedua mempelai diberikan pelajaran untuk tidak mudah putus asa dalam membangun dan mengarungi rumah tangga.

Pasalnya, apabila sudah berumah tangga nantinya akan banyak sekali cobaan yang bisa menguras energi, pikiran dan perasaan.

Baca Juga: Kue Pancong, Jajanan Tradisional Nikmat yang Bikin Ketagihan BuleBaca Juga: Kue Pancong, Jajanan Tradisional Nikmat yang Bikin Ketagihan Bule

Namun, kedua mempelai dituntun untuk tetap berkepala dingin dan saling mengalah serta mengerti kemauan pasangannya.

Apabila salah satu dari kedua mempelai nantinya tengah mengalami masalah, wajib hukumnya untuk saling mendukung satu sama lain, tidak malah meninggalkan atau bersikap masa bodoh.

Itulah sebenarnya alasan atau makna serta filosofi terkandung dalam sebuah makanan tradisional jadah yang mulai ditinggalkan untuk acara-acara pernikahan.

Para leluhur pendahulu negeri ini memang suka memberikan segala sesuatunya lewat simbol.

Nah bagaimana Sob? Kita sebagai generasi penerus, sanggup menangkap berbagai simbol yang telah diturunkan dari generasi ke generasi ataukah tidak? ***

Editor: Andi Penowo

Tags

Terkini

Terpopuler