Kaum wanita yang mengalami Istihadah, hukumnya seperti keadaan suci. Dia tetap diwajibkan sholat, puasa, dan boleh melakukan ibadah lainnya selayaknya wanita yang suci sebagaimana ditentukan dalam syariat Islam.
Wanita yang tengah haid maupun nifas dilarang menjalankan sholat fardlu maupun sholat sunat, puasa Ramadhan serta puasa sunah dan tawaf. Namun demikian, terkait hukum wanita yang tengah menjalani Istihadah, Imam al Qurtubi rahimahullah menerangkan sebagai berikut:
Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan Hari ke-16, Jumat 07 April 2023: Memohon Dijauhkan Pergaulan Orang Jahat
المستحاضة تصوم، وتصلِّي، وتطوف،وتقرأ، ويأتيها زوجه
“Wanita yang mustahadhoh, tetap diperintahkan puasa, sholat, tawaf, membaca Al Quran (meski dengan menyentuh mushaf, pent), dan diperbolehkan melakukan hubungan intim dengan suaminya agar mendapat pahala yang didapat bersama istri.” (Al-Jami’ li Ahkam alquran 2/86)
Penjelasan tersebut, sebagaimana juga dijelaskan dalam hadist Aisyah radhiyallah ‘anha, beliau mengatakan:
جائت فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِيحُبَيْشٍ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّياِمْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ اَلصَّلَاةَ؟
Fathimah binti Abu Hubaisy datang menemui Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kemudian berkata tentang adab wanita saat haid dalam Islam: “Ya Rasulullah, sungguh aku ini perempuan yang selalu keluar darah (Istihadah) dan tidak pernah suci. Bolehkah aku meninggalkan shalat? ”
Baca Juga: Keutamaan Puasa Ramadhan Hari ke-15: Allah Mengkabulkan Seluruh Keinginan Dunia dan Akhirat
Rasul menjawab, keutamaan haid dalam Islam: