Jadi Tema Talkshow Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Begini Kondisi Babirusa di Indonesia

- 22 Mei 2022, 22:29 WIB
Babirusa diangkat sebagai tema dalam talkshow peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional
Babirusa diangkat sebagai tema dalam talkshow peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional /Mammal Watching//Mammal Watching

KARANGANYARNEWS - Dalam peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional di Gorontalo, babirusa dan ancaman terhadap habitatnya diangkat menjadi tema dalam talkshow yang digelar secara daring.

Hari Keanekaragaman Hayati Internasional sendiri diperingati setiap tanggal 22 Mei.

Tiga lembaga penyelenggara yakni Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo, The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) Simpul Gorontalo, dan Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) memilih topik tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian spesies yang rentan punah itu.

Tiga narasumber yang hadir adalah Biodiversity Specialist Hanom Bashari, Bupati Gorontalo Profesor Nelson Pomalingo, dan Kepala SPTN I Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Bagus Tri Nugroho.

Baca Juga: Menakjubkan, Populasi Macan Tutul Salju di Tibet Meningkat

Hanom Bashari menjelaskan ada tiga jenis babirusa di alam yakni Sulawesi Babirusa (Babyrousa celebensis), Togean Babirusa (Babyrousa togeanensis), dan Hairy Babirusa (Babyrousa babyrussa) atau juga dikenal sebagai babirusa berbulu lebat.

“Perburuan dan perdagangan masih menjadi ancaman untuk babirusa, serta berkurangnya hutan primer di Sulawesi akibat pembalakan dan konversi hutan menjadi lahan budidaya,” ungkap Hanom.

Sementara itu Bagus Tri Nugroho menjelaskan babirusa adalah satu dari empat satwa prioritas utama yang dilindungi di kawasan TNBNW.

Baca Juga: Memiliki Tinggi 83 Meter, Pohon Abies Ernestii Var. Salouenensis Jadi Pohon Tertinggi di China

“TNBNW sudah melakukan program-program yang termasuk dalam strategi konservasi babirusa. Diantaranya pengendalian perburuan dan perdagangan ilegal babirusa,” kata Bagus.

Program lainnya misalnya pengelolaan habitat, pembangunan sistem pangkalan data, peningkatan peran lembaga konservasi, komunikasi dan penyadartahuan publik, pengembangan kerja sama dan kemitraan, serta pendanaan yang berkelanjutan.

“Kami setiap tahun melakukan kegiatan pemantauan rutin spesies prioritas seperti anoa, babirusa, maupun burung maleo. Pemantauan dilakukan dengan transek, point count, dan pemasangan camera trap dan saat ini yang menjadi prioritas adalah pemantauan babirusa menggunakan camera trap,” katanya.

Baca Juga: Fosil Burung Hantu Berusia 6 Juta Tahun, Ditemukan di China Barat Laut

Selain TNBNW, kawasan yang juga menjadi habitat babirusa adalah Suaka Margasatwa Nantu yang secara administrasi terletak di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kabupaten Gorontalo Utara.

Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengakui meskipun Nantu masih terjaga, bukan berarti bebas dari risiko dan ancaman.

Satu ancaman yang nyata adalah Hutan Produksi Terbatas (HPT) Boliyohuto di Kabupaten Gorontalo, yang mulai dirambah dan dikhawatirkan berdampak pada ekosistem Hutan Nantu.

Baca Juga: China Akan Bangun Taman Hiburan Bertema Mitologi di Wuhan

“Untuk mempertahankan hutan ini, maka salah satu yang kami lakukan adalah mengusulkan perubahan HPT Boliyohuto menjadi taman hutan rakyat atau Tahura. Lokasi HPT ini berbatasan dengan Nantu. Nah kalau ini rusak, maka bisa juga berimbas pada Hutan Nantu dan tentu babirusa,” kata Nelson.

Menurutnya usulan perubahan kawasan tersebut sudah melalui kajian dan penelitian, serta telah diajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup.***

Editor: Klasik Herlambang

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x