Antologi Puisi Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada, akan Dikupas Aktifis Feminis Myra Diarsi

21 Mei 2023, 19:05 WIB
Antologi puisi 'Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada' karya Esthi Susanti Hudiono /Dok Satupena Jateng/

KARANGANYARNEWS - Buku kumpulan puisi berjudul 'Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada' karya Esthi Susanti Hudiono, akan didiskusikan di Gedung Monod Diephuis, Jalan Kepodang, Kota Lama, Semarang, Jumat sore, 26 Mei 2023. Sebelum didiskusikan, buku tersebut akan diluncurkan bersama buku ;Oase di Neraka', karya Sulis Bambang.

 

Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jawa Tengah Esthi Susanti Hudiono mengatakan, buku puisi karyanya tersebut akan dibahas oleh aktivis feminis Padepokan Perempuan GAIA Yogyakarta, Myra Diarsi. Sedangkan sebagai moderatornya, Bendahara II Satupena Jawa Tengah Dr Sutji Harijanti MPd.

"Kegiatan ini selain didukung Satupena Jawa Tengah, juga oleh Bengkel Sastra Taman Maluku dan Komunitas Cipta Damai," katanya. Dalam kegiatan ini, menurut Esthi juga ada acara parade baca puisi karyanya.

 Baca Juga: Terspirit Masa Remaja Nan Sepi, Esthie Luncurkan Antologi Puisi Titik Balik

Sejumlah penyair muda anggota Satupena Jawa Tengah, disebutkan telah  menyatakan kesiapannya untuk tampil dalam parade baca puisi yang dirangka dengan peluncuran dan diskusi buku tersebut.

 Sebagaimana diberitakan KaranganyarNews.com sebelumnya, kumpulan puisi "Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada" memuat 64 sajak Esthi dalam dua tahun terakhir.

Sepi dan Terasing

 

Esthi sendiri kelahiran Salatiga, 26 Mei 1959. Penerbitan buku puisinya ini menandai ulang tahunnya ke-64 yang dalam tradisi Jawa dikenal sebagai 'tumbuk ageng'. "Tumbuk ageng saya adalah momen kesadaran terpenting. Momen remajaku muncul berupa mantera tentang tanggung jawab 100 persen hidupku di tangan," kata dia.

Baca Juga: 6 Weton Wanita Sasaran Santet Sewu Dino dan Janur Ireng, Kalian Salah Satunya?

Mantera ini, menurutnya telah menjadi kenyataan dan telah ditunaikan dengan lunas. Esthie menyebutkan telah mempertanggungjawabkan hidup dengan tidak salahkan siapapun, sikap dan perilaku yang dipilihnya adalah tanggung jawab pribadinya.

Menurut Esthi, periode titik balik di mana ia berada di puncak pada usia 64 tahun juga melahirkan kesadaran tinggi. Kini, ia tak lagi terikat pada dunia fana dan bukan lagi milik dunia. Ia merasa terikat pada hukum spiritual, Hidup di dunia fana tetapi hatinya terikat di dunia baka.

Esthi menuturkan, masa remajanya dilalui dengan hati merasa sepi dan terasing. Rasa keterasingan yang begitu lama hidup dalam diri, ketika ia telah selesai dengan urusan dirinya. Keterasingan itu, tersingkap dengan banyak kawan menyambut.

Baca Juga: Wajib Dicatat dan Diwaspadai: Inilah Jerat Fitnah Kelahiran Weton Senin Pon, Menurut Primbon Jawa

"Pada saat saya bukan lagi milik yang Esthi Susanti Hudiono masuk ke dalam keramaian untuk memberikan nilai-nilai yang mendukung peradaban. Hal ini mendorong kelahiran puisi-puisi saya," tambahnya. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler