Bedah Buku Antologi Puisi, Ganjar: 3 Dimensi Perspektif 65 Penyair Moderasi Beragama

- 12 Desember 2022, 12:05 WIB
Ganjar Harimansyah, Sutji Harijanti, dan Esthi Susanti Hudiono dalam bedah buku antologi puisi Mederasi Beragama ‘Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna’
Ganjar Harimansyah, Sutji Harijanti, dan Esthi Susanti Hudiono dalam bedah buku antologi puisi Mederasi Beragama ‘Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna’ /Dok Satupena Jateng/

KARANGANYARNEWS – Inilah 3 dimensi perspektif para penyair antologi puisi Mederasi Beragama ‘Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna’, menurut Ganjar Harimansyah.

“Selain perbedaan inklusif yang berarti melebur, juga beradaptasi dan bergaul,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT),  Ganjar Harimansyah dalam bedah buku antologi puisi Moderasai Beragama Minggu, 11 Desember 2022.

Acara yang diselenggarakan Satupena Provinsi Jawa Tengah, BBPJT, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah ini berlangsung di Aula Cipto Mangunkusumo BBPJT.

Baca Juga: Terlahir dari Kekawatiran Maraknya Radikalisme, Inilah 69 Penyair Antologi Puisi Moderasi Beragama

Buku setebal 188 halaman ini, memuat sejumlah puisi bertema Moderasi Beragama karya 65 penyair dari berbagai wilayah Indonesia. Editornya Mohammad Agung Ridlo, Bambang Iss Wirya, dan Taslim Syahlan dengan koordinator Gunoto Saparie.

Sebagai pembedah atau penyelisik buku,  Ganjar Harimansyah yang tampil bersama Esthi Susanti Hudiono dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,  mengapresiasi upaya Satupena Jateng, FKUB Jateng, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah dalam menerbitkan antologi puisi ini.

Dipandu Bendahara II Satupena Jateng yang juga guru SMAN 5 Semarang Sutji Harjanti, Kepala BBPJT juga menyebutkan moderasi sebagai wacana. Menurutnya bentuk nonlinguistik moderasi dapat berupa kepentingan ideologi, politik, ekonomi, atau budaya di balik keekstreman, keradikalan, dan sebagainya.

Baca Juga: Misteri Khodam Cakra Mahkota Bumi, Dibalik Pernikahan Kaesang Pangarep-Erina Gudono

Komponen ini juga yang membedakan cara kita beraksi, berinteraksi, berperasaan, berkepercayaan, atau cara menilai seorang komunikator dengan komunikator lainnya, dalam mengenali atau mengakui diri sendiri dari orang lain.

Menurut Ganjar Harimansyah, ada tiga poin puisi Moderasi Beragama dalam buku antologi ini. Pertama, perbedaan inklusif yang berarti melebur, beradaptasi, dan bergaul.

Puisi-puisi karya Taslim Syahlan, Sugiyatno DM, Zaimatul Chasanah, Siamir Marulafau, dan Noor Hayati menunjukkan hal itu. Kedua, diksi keberagaman yang memaknai keindahaan kodrati sebagai makhluk, muncul dalam karya Soekoso DM, Nia Samsihono, Tirta Nursari, FX Purnomo, Ni Luh Murni Asih, dan lainnya.

Baca Juga: Tampil Memukau di Panggung Ketoprak, Ganjar Pranowo Ungkap Kening Berkerut dan Rambut Putih

“Ketiga, ranah renungan. Penyair merasa sebagai makhluk yang daif dan rindu kedamaian terdapat dalam puisi-puisi Wanto Tirta, Yuliana Kumudaswari, Della Red Pradipta, Adnan Ghiffari, dan Afa Asifuddin,” tambahnya.

Esthi Susanti Hudiono yang juga Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jateng, melihat ada unsur subyektivitas berdasarkan pengalaman dan perspektif penyair dalam puisi-puisi yang termuat dalam buku ini.

 Moderasi Beragama, merupakan proyek besar yang sistematis dan terstruktur dari Kementerian Agama dengan konsep, definisi, nilai dan prinsip dasar, sumber rujukannya dalam tradisi berbagai agama dan indikatornya.

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Kenapa Neptu Weton Pernikahan Kaesang-Erina Berselimut Misteri Ringin Sungsang?

“Hal itu telah dimulai sejak zaman Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan kini dilanjutkan Yaqut Cholil Qoumas,” katanya.

Para penyair dalam buku ini, tambah Esthi, dengan bacaan dan pengalaman empiriknya tentang Moderasi Beragama, mencoba merefleksikan dalam puisi-puisi mereka.

Latar belakang dan konteks sosial-budaya masing-masing penyair yang beragam, terefleksikan dalam karya ciptanya. Mereka mencoba memaknai Moderasi beragama sebagai cara pandang atau perspektif, dalam praktik kehidupan beragama.

Baca Juga: Soft Launching Antologi Buku Puisi, Menag: Jadi Spirit Penguatan Moderasi Beragama

Esthi Susanti Hudiono mempertanyakan kelanjutan setelah penerbitan antologi puisi Moderasi Beragama ini. Satupena Jateng, perlu memetakan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan penguatan dan implementasi Moderasi Beragama.

“Mungkin perlu sosialisasi gagasan, pengetahuan, dan pemahaman tentang moderasi beragama dengan karya tulis esai,” kata Esthi Susanti Hudiono penuh harap.

Sebelum acara bedah buku, tampil membacakan puisi Ardi Susanti (Tulungagung), Rohadi Noor (Kudus), Tirta Nursari (Ungaran), dan Yuliani Kumudaswari (Semarang).

Baca Juga: Pernikahan Kaesang-Erina Diselimuti Mistri Bumi Kapetak, Inilah Hitungan Primbon Jawa Selengkapnya

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Satupena Jateng Gunoto Saparie secara simbolis membagikan kartu anggota Satupena kepada Roso Titi Sarkoro, Gunawan Trihantoro, dan Tri Dewi Nugrahini.

Gunoto Saparie mengatakan, ada sejumlah permintaan dari beberapa Koordinator Satupena kabupaten dan kota di Jawa Tengah agar pembacaan puisi dan bedah buku antologi puisi moderasi beragama ini dilakukan juga di daerah-daerah dan tempat lain.

Tentu saja permintaan tersebut  disambut baik Satupena Jateng, “Insyaallah awal tahun depan kita adakan parade baca puisi dari para penyair buku antologi bersama ini. Tempatnya sangat unik, di Vihara Watugong,” katanya. ***

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x