KARANGANYARNEWS - Sejumlah masyarakat Jawa masih menjalankan tradisi Sadranan beberapa hari sebelum datangnya Bulan Suci Ramadhan. Lantas, apa itu Sadranan?
Sandranan merupakan salah satu tradisi Jawa yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa, salah satunya di Boyolali, Jawa Tengah.
Sedangkan aktivitas Sadranan biasa disebut nyadran, seperti halnya menyebut nyoto untuk orang yang sedang menyantap soto.
Baca Juga: Keutamaan Puasa Ramadhan Hari ke-26: Senin 17 April 2023, Catat dan Jangan Terlewatkan
Tradisi nyadran juga termasuk sebagai salah satu tradisi menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan. Nyadran konon berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang artinya keyakinan.
Nyadran adalah tradisi yang dilakukan oleh orang Jawa yang dilakukan di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa).
Nyadran dimaksudkan sebagai sarana ucapan syukur dan mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, melestarikan budaya gotong-royong dalam masyarakat, sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kendurian atau boleh disebut kembul bujono serta (makan bersama).
Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan Hari ke-20, Selasa 11 April 2023: Memohon Dibukakan Pintu Surga
Tradisi Nyadran seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.