Mengenal Tradisi Sadranan, dari Festival Tumpeng, Kirab Tenong hingga Wedharan Penuh Makna

- 1 Maret 2024, 21:25 WIB
Mengenal Tradisi Sadranan, dari Festival Tumpeng, Kirab Tenong hingga Wedharan Penuh Makna
Mengenal Tradisi Sadranan, dari Festival Tumpeng, Kirab Tenong hingga Wedharan Penuh Makna /Dok.Istimewa

Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya Jawa dengan Islam.

Dalam tradisi Tionghoa, dikenal pula tradisi “Ceng Beng” yang memiliki kesamaan dengan Tradisi Sadranan, yaitu upacara untuk mengenang para leluhur dan merekatkan hubungan antar keluarga.

Baca Juga: UPDATE! Jadwal Libur Awal Puasa 2024: Libur Sekolah SD SMP SMA/SMK, Siap-siap Rayakan Ramadhan!

Menembus ruang dan waktu

Tak hanya di situs-situs sejarah, makam dan ruang publik, Sadranan di era milenial juga dilakukan di hotel, tanpa menghilangkan beberapa unsur dan pemaknaannya.

Seperti yang digelar MaxOne Hotel Loji Kridanggo Boyolali. Sebagai hotel yang berada di daerah lereng Merbabu dan Merapi yang kental dengan budaya Jawa, event ini digelar sekaligus guna memperkenalkan kearifan lokal kepada para tamu, khususnya kepada perantau.

Upacara adat Sadranan tersebut digelar pada hari Minggu 25 Feb 2024 lalu. Digelar dengan sederhana, rangkaian acara tersebut dilengkapi dengan kirab tenong yang berisi, makanan ringan untuk suguhan para tamu, tumpeng lengkap dengan lauknya untuk kendurian, yang dimakan bersama setelah semua prosesi selesai.

Wedharan

Sebagaimana acara budaya di masyarakat Jawa, upacara tersebut juga menghadirkan sesepuh untuk memberikan wejangan berupa pesan positif terhadap laku lampah yang bijak sebagai manusia.

Kenduri, Kembul Bujono dan Doa

Makanan yang dibawa dalam tenong berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng, urap sayur dan lain sebagainya.

Makanan tersebut diletakkan di depan untuk didoakan oleh Sesepuh atau Pemuka Agama untuk mendapatkan berkah.

Ramah Tamah

Sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi dan merekatkan hubungan antar keluarga yang mungkin sudah lama tidak bertemu, serta mewujudkan budaya sosial masyarakat Jawa yang penuh dengan kehangatan.

Halaman:

Editor: Abednego Afriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah