Bedah Buku Antologi Puisi, Ganjar: 3 Dimensi Perspektif 65 Penyair Moderasi Beragama

- 12 Desember 2022, 12:05 WIB
Ganjar Harimansyah, Sutji Harijanti, dan Esthi Susanti Hudiono dalam bedah buku antologi puisi Mederasi Beragama ‘Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna’
Ganjar Harimansyah, Sutji Harijanti, dan Esthi Susanti Hudiono dalam bedah buku antologi puisi Mederasi Beragama ‘Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna’ /Dok Satupena Jateng/

Menurut Ganjar Harimansyah, ada tiga poin puisi Moderasi Beragama dalam buku antologi ini. Pertama, perbedaan inklusif yang berarti melebur, beradaptasi, dan bergaul.

Puisi-puisi karya Taslim Syahlan, Sugiyatno DM, Zaimatul Chasanah, Siamir Marulafau, dan Noor Hayati menunjukkan hal itu. Kedua, diksi keberagaman yang memaknai keindahaan kodrati sebagai makhluk, muncul dalam karya Soekoso DM, Nia Samsihono, Tirta Nursari, FX Purnomo, Ni Luh Murni Asih, dan lainnya.

Baca Juga: Tampil Memukau di Panggung Ketoprak, Ganjar Pranowo Ungkap Kening Berkerut dan Rambut Putih

“Ketiga, ranah renungan. Penyair merasa sebagai makhluk yang daif dan rindu kedamaian terdapat dalam puisi-puisi Wanto Tirta, Yuliana Kumudaswari, Della Red Pradipta, Adnan Ghiffari, dan Afa Asifuddin,” tambahnya.

Esthi Susanti Hudiono yang juga Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jateng, melihat ada unsur subyektivitas berdasarkan pengalaman dan perspektif penyair dalam puisi-puisi yang termuat dalam buku ini.

 Moderasi Beragama, merupakan proyek besar yang sistematis dan terstruktur dari Kementerian Agama dengan konsep, definisi, nilai dan prinsip dasar, sumber rujukannya dalam tradisi berbagai agama dan indikatornya.

Baca Juga: Inilah Jawabnya, Kenapa Neptu Weton Pernikahan Kaesang-Erina Berselimut Misteri Ringin Sungsang?

“Hal itu telah dimulai sejak zaman Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan kini dilanjutkan Yaqut Cholil Qoumas,” katanya.

Para penyair dalam buku ini, tambah Esthi, dengan bacaan dan pengalaman empiriknya tentang Moderasi Beragama, mencoba merefleksikan dalam puisi-puisi mereka.

Latar belakang dan konteks sosial-budaya masing-masing penyair yang beragam, terefleksikan dalam karya ciptanya. Mereka mencoba memaknai Moderasi beragama sebagai cara pandang atau perspektif, dalam praktik kehidupan beragama.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x