Baca Juga: Keistimewaan Puasa Ramadhan Hari Kedelapanbelas: Malaikat Memohonkan Ampunan Sampai Tahun Berikutnya
Mimpi basah dalam hadist tadi disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai penanda bahwa seseorang sudah baligh dan dikenai kewajiban (taklif) sebagai seorang muslim yang mukallaf.
Baik seorang muslim ataupun muslimin yang telah baligh, sudah dibebankan kewajiban sebagai umat muslim seutuhnya. Dijelaskan, mereka wajib melaksanakan sholat wajib 5 waktu, termasuk juga Puasa Ramadhan.
Puasa Ramadhan, merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat muslim di dunia yang merupakan keistimewaan Ramadhan. Ibadah ini diawali dengan makan sahur sebelum subuh, kemudian menahan lapar dan haus hingga adzan magrib tiba, sebagai syarat sah Puasa Ramadhan.
Islam merupakan agama yang paling sempurna, pembahasan mengenai mimpi basah pun tidak luput dari kajiannya. Sebagai agama yang bersumber dari Allah SWT dan disebarluaskan oleh Nabi Muhammad SAW, Islam selalu berlandaskan pada hukum Alquran maupun hadist Rasulullah.
Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan
Terkait hukum mimpi basah pada saat Puasa Ramadhan, tentu juga terdapat hukum atau syariat yang harus dipedomani dan ditelaah. Termasuk diantaranya, berdasarkan hadist Shahih dan beberapa pendapat ulama, sebagaimana diterangjelaskan berikut ini.
Hadist, merupakan salah satu dasar yang bisa digunakan sebagai hukum. Sebab sebagian besar hadist bersumber dari para sahabat dan Rasulullah yang tentunya merupakan hal yang pernah baginda Rasulullah lakukan.
Baca Juga: 14 Tips Puasa Ramadhan Ibu Menyusui: Ibadahnya Khidmad, Diri dan Si Buah hati Tetap Sehat