Harus Mendahulukan Buka Puasa Ramadhan atau Sholat Magrib? Begini Jawaban Gus Baha

20 Maret 2024, 04:35 WIB
Berikut jawaban Gus Baha, terkait pertanyaan harus mendahulukan buka Puasa Ramadhan atau sholat maghrib terlebih dulu? /Berita Bantul/

KARANGANYARNEWS – Kendati Ibadah fardlu Puasa Ramaaadhan telah terlampaui sekian hari, masih banyak juga umat Islam yang masih ragu dan mempertanyakan, harus mendahulukan buka Puasa Ramadhan atau sholat maghrib terlebih dulu? Berikut jawabannya, menurut Gus Baha.  

Bulan Ramadhan seluruh umat Islam khusuk menjalani ibadah wajib maupun berbagai amalan yang bersifat sunah. Baik ibdah Puasaa Ramadhan, sholat fardlu lima waktu, sholat taraweh, tadarus Alquran dan lainnya.

Tak kalah pentingnya, terkait buka Puasa dan makan sahur yang dilakukan selama Bulan Suci Ramadhan. Bukan hanya menu makanan yang harus disajikan, tapi juga syariat buka Puasa maupun.

 Baca Juga: Allah Memenuhi 70.000 Hajat: Keistimewaan Puasa Ramadhan Hari Kesepuluh

Buka Puasa Ramdhan yang secara kebetulan waktunya bersamaan dengan sholat maghrib, menjadi pertanyaan paling mengemuka, karena sering menimbulkan keraguan umat Muslim maupun Muslimat.

Pertanyaan ini selain sering mencuat dalam berbagai kajian Islami, juga trending di berbagai lini media sosial selama Bulan Suci Ramadhan. Baik YouTube, Facebook, Instagram dan lainnya.

 

Buka Puasa Ramadhan Sebagai Perantara Sholat Maghrib

Menjawab pertanyaan tersebut KH Ahmad Bahauddin Nursalim yang lebih akrab disapa Gus Baha menjelaskan, mulai dari Nabi Ibrahim pun sebenarnya telah diperjelas jawabannya.

 Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan Hari Kesepuluh: Mohon Dijadikan Orang Tawakal diantara Orang yang menang Disisi Allah

"Supaya mereka salat, karena mereka manusia cobalah beri mereka uang dan makan agar ia kuat salat," kata Gus Baha mengutip risalah Nabi Ibrahim dalam ceramahnya terkait jawaban pertanyaan harus mendahulukan buka Puasa Ramdhan atau sholat maghrib terlebih dahulu.

Ulama ahli tafsir Alquran di Rembang, Jawa Tengah, ini juga menjelaskan, dalam sejarahnya Nabi Ibrahim Alaihi Salam mendoakan masyarakat Mekah agar punya uang untuk makan dan dapat mendirikan sholat.

"Fasholah maqsudah yang artinya tujuan kita makan agar kuat salat," kutip Gus Baha. Disebutkan, hingga saat ini terdapat banyak fenomena terkait buka Puasa Ramadhan.

 Baca Juga: 5 Keutamaan Puasa Ramadhan Teruntuk Anak: 2 Diantaranya, Menempa Iman dan Taqwa Serta Belajar Toleransi

"Ayo sholat dulu biar makannya enak," tutur Gus Baha melanjutkan ceramahnya. Menurut dia, hal itu berarti tujuan utamanya ialah makan dan sholat menurut Gus Baha sebagai perantara.

Pada akhir unggahan videonya di beberapa lini media sosial, KH Ahmad Bahauddin Nursalim menggaribawahi lebih baik makan atau buka Puasa Ramadhan terlebih dahulu agar nyaman saat menjalankan ibadah sholat magrib.

Alasan logika pemikiran yang dia sampaikan, pernyataan tersebut berarti lebih mengutamakan sholat dan makan atau buka Puasa Ramdhan sebagai perantara agar dapat menjalankan perintah Allah dalam hal ini adalah sholat maghrib.

 

Berkhidmah Kepada Mbah Moen  

Sebagaimana diketahui, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau biasa disebut dengan panggilan Gus Baha’ lahir pada 29 September 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Gus Baha, putra KH Nursalim al-Hafizh.

 Baca Juga: 4 Tips Mencegah Penyakit Maag Kambuh, Dijamin Puasa Ramadhan Tetap Lancar dan Sehat

Selain ulama pakar alquran, ayah Gus Baha juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

Ayah Gus Baha merupakan santri KH Arwani al-Hafidz Kudus dan KH Abdullah Salam al-Hafidz Kajen Pati, nasabnya bersambung kepada para ulama besar di Indonesia.

Dari silsilah keluarga ayahnya, Gus Baha merupakan generasi ke empat ulama-ulama ahli alquran. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu.

 Baca Juga: Keistimewaan Puasa Ramadhan Hari Kesembilan, Allah menganugerahi pahala setara yang Diberikan 1000 Ulama

Gus Baha kecil dididik belajar dan menghafalkan alquran secara langsung oleh ayahnya, dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin.

Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya, KH Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha di usianya yang masih muda, sudah mampu menghafalkan al-Qur'an 30 Juz beserta Qiro'ahnya.

Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha mondok dan berkhidmah kepada KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang. Di Pondok Pesantren inilah keilmuan Gus Baha mulai menonjol baik ilmu hadits, fiqih, dan tafsir.***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler