Antisipasi Serangan Pencuri Saat Mudik. Begini Bacaan Doa dan Langkah yang Perlu Dilakukan

28 April 2022, 23:43 WIB
Ilustrasi pencuri membobol rumah kosong /Klasik Herlambang/Karanganyar News

KARANGANYARNEWS - Saat ditinggal mudik, rumah menjadi rawan pencurian. Karena itu perlu persiapan khusus agar rumah tidak disatroni pencuri.

Hal seperti ini memang terkadang sulit untuk dihindari. Sebab dengan ditinggalkan selama beberapa hari, maka rumah yang kosong akan menjadi sasaran empuk bagi para pencuri spesialis rumah kosong. Akibatnya berbagai barang berharga yang tersimpan di rumahpun ludes dikuras para pencuri.

Dengan tidak adanya perlengkapan keamanan yang memadai, tentunya rumah akan dengan mudah diobok-obok oleh para pencuri.

Karena itulah, agar tidak sampai menjadi korban tindak kejahatan terutama pencurian, perlu adanya berbagai persiapan sebagai langkah pencegahan.

Selain secara fisik berupa pemasangan berbagai alat pengamanan seperti kunci, pagar, CCTV ataupun alarm dan yang lainnya. Cara-cara nonfisik yang bersifat supranatural juga perlu dilakukan. Terutama bagi masyarakat Jawa yang kental dengan berbagai tradisi warisan nenek moyang.

Baca Juga: BPBD Berikan Tips Mudik Paten Agar Rumah Aman. Apa Itu Mudik Paten..?

Spiritualis Ki Lawu Maospati menjelaskan bahwa perlu pengetahuan lebih mengenai waktu-waktu yang seringkali diambil seorang pencuri dalam menjalankan aksinya.

Sebab seorang pencuri yang mumpuni akan senantiasa memperhitungkan waktu kapan dia harus beroperasi. Karena dengan begitu pekerjaan yang dilakukannya akan sangat efektif.

Dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna dijabarkan dnegan jelas waktu-waktu rawan pencuri yang harus diwaspadai.

Waktu-waktu itu di antaranya adalah Jumat Kliwon, antara pukul 01.00 sampai 03.00 dini hari dan masuk dari arah timur rumah.

Lalu waktu yang lain Kamis Legi antara pukul 19.00 sampai 21.00 dan masuk dari arah selatan, serta masih ada beberapa waktu yang lain.

Pada waktu-waktu itu tingkat keberhasilan kerja seorang pencuri akan sangat besar. Sehingga hendaknya pada saat itu si pemilik rumah bisa mengantisipasinya.

“Agar tidak sampai menjadi korban, hendaknya seseorang yang rumahnya rentan disatroni pencuri paham akan waktu-waktu tersebut. Karena dengan begitu dia akan bisa mencegah datangnya pencuri-pencuri itu,” terang Ki Lawu Maospati.

Kekuatan Anti Maling

Upaya spiritual lain yang bisa dilakukan yaitu pemberian pagar gaib. Dalam kepercayaan Islam Jawa dikenal adanya ilmu yang disebut ilmu siker.

Baca Juga: Mewaspadai Serangan Gendam di Tengah Arus Mudik Lebaran

Ilmu ini adalah penerapan beberapa doa atau bacaan tertentu yang diyakini bisa memberi perlindungan gaib terhadap rumah yang ditinggali.

Adapun cara-cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan ilmu ini antara lain yang pertama adalah dengan membaca ayat Kursi sebanyak 170 kali dalam sehari semalam. Dengan begitu maka dia akan senantiasa mendapatkan perlindungan baik saat tidur maupun terjaga.

Cara yang kedua adalah sama dengan cara pertama yaitu membaca ayat kursi namun jumlahnya cuma tujuh kali dan dilakukan di empat sudut rumah.

Namun bila sudah menyelesaikan pembacaan di satu sudut dan berpindah ke sudut lain harus berjalan dengan satu kaki yaitu yang kiri.

Cara yang ketiga adalah membaca ayat kursi sebanyak 42 kali selama 41 malam. Cara mengamalkannya adalah dengan menghadap kiblat membaca 7 kali, lalu menghadap utara 7 kali, menghadap timur 7 kali, menghadap selatan 7 kali.

Lalu menghadap kiblat lagi sambil mendongak ke atas dan membaca ayat kursi 7 kali lagi, dan sambil menunduk membaca 7 kali lagi.

Cara yang berikutnya masih dengan ayat kursi sebanyak 313 kali. Namun sebelumnya harus didahului dengan puasa hajat pada hari Kamis, dan pada malam harinya disambung dengan shalat hajat.

Baca Juga: Tetap Tabah dan Maafkan, Inilah Ijabah Dibalik Sakit Hatimu

Sedangkan cara yang lain adalah dengan membaca ayat kursi sambil menahan napas. Cara ini terbilang sangat sederhana, namun sifatnya begitu lemah.

Cara lainnya adalah membaca huruf Jawa dengan urutan terbalik sambil buang air kecil mengitari tempat tinggal.

Selanjutnya bisa juga dengan menyediakan gamping yang dibungkus dengan ijuk pohon aren dan merang ketan hitam.

Benda ini kemudian ditanam di setiap sudut rumah, agar energinya bisa melindungi rumah tersebut.

Ilmu siker yang lain juga bisa diperoleh dengan cara mengambil tanah kuburan. Namun sebelumnya si pelaku harus menjalankan puasa selama tujuh hari, yang dimulai pada hari Jumat.

Baca Juga: 5 Ciri-ciri dan Tanda Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Pada malam terakhir ritual yang harus dilakukan sebelum mengambil tanah kuburan adalah membaca syahadat 100 kali, lalu shalawat 100 kali, kemudian inna lillahi… 100 kali juga, kemudian kullu nafsin … 100 kali, ayat kursi 100 kali dan surat Al Kautsar 100 kali.

Bacaan tersebut dilakukan di tengah kuburan sebelum mengambil tanah.

Tanah kuburan yang diambil berasal dari tujuh makam dan kemudian dibungkus plastik. Selanjutnya tujuh tanah ini dikubur di empat sudut rumah.

Dengan demikian kekuatan gaib dari tanah itu akan membuat rumah senantiasa terlihat menyeramkan dan ditakuti pencuri.

Memasang Tumbal

Penggunaan tanah kuburan sebagai media sendiri hampir bisa disamakan dengan upaya penanaman tumbal. Yang mana hal ini juga menjadi salah satu metode pengamanan rumah secara gaib.

Baca Juga: Catat dan Pahami, Hidup itu Perjalanan Bukan Pelarian

Makna tumbal sendiri bisa diartikan sebagai sesuatu yang sengaja dikorbankan demi kepentingan tertentu. Sebab tumbal dalam pengertian ini adalah sesuatu yang sengaja ‘dikorbankan’ untuk ditempatkan di suatu tempat, agar bisa memberi pengaruh tertentu pada tempat tersebut.

Pusaka-pusaka tertentu memang menjadi benda paling umum untuk dijadikan tumbal. Sebab sebuah pusaka diyakini menyimpan sebuah kekuatan atau energy tertentu yang bisa dimanfaatkan untuk menetralisir paparan energy negatif yang ada di alam.

Sehingga bila dipasang pada sebuah bangunan atau sebidang tanah, maka bangunan atau tanah tersebut akan terbebas dari gangguan, baik dari mahluk yang kasat mata atau tidak kasat mata.

Banyak jenis tumbal yang bisa dipasang di sekitar rumah. Yang paling umum adalah kepala kerbau. Tumbal yang satu ini sering dipakai karena melambangkan kekokohan dan kekuatan.

Baca Juga: Mbok Yem Pemilik Warung Legendaris di Puncak Lawu Turun Gunung, Mau Lebaran di Rumah

Dengan begitu diharapkan bangunan yang diberi tumbal itu akan senantiasa kokoh. Selain itu kekuatan gaib dari tumbal itu juga akan melindungi dari berbagai serangan berbagai kekuatan jahat.

Dalam Primbon Betaljemur Adammakna juga disebutkan bahwa agar sebuah rumah bebas dari pencuri hendaknya di tiap tiang (soko guru) rumah ditanamkan telur busuk dan diberi kotoran si pemilik rumah.

Benda-benda ini konon adalah makanan kesukaan dari para danyang yang menunggu rumah. Sehingga dengan demikian mereka akan senantiasa menjaga dengan baik rumah-rumah itu.

Pemasangan tumbal pada sebidang tanah atau bangunan sebenarnya sudah jamak dilakukan oleh masyarakat.

Tujuannya adalah untuk memberikan penjaga gaib yang melindungi tanah atau bangunan itu. Sehingga tidak ada lagi pengganggu baik dari dalam maupun dari luar.

Baca Juga: Menjelang Lebaran, Inilah 9 Tempat Paling Ramai Pengunjung

Dalam sejarah, pemasangan tumbal juga dilakukan oleh Syeh Subakir di puncak Gunung Tidar Magelang.

Hal itu dilakukan karena saat datang ke Pulau Jawa, Syeh Subakir melihat banyaknya kekuatan jahat dari bangsa jin yang bersemayam di pulau ini.

Yang selanjutnya membuat kondisi Pulau Jawa benar-benar sangat kritis, dan membahayakan kehidupan manusia di atasnya.

Karena itulah kemudian Syeh Subakir menanam sebilah pusaka miliknya untuk dijadikan tumbal peredam kekuatan jahat tersebut.

Dan sebenarnya tak hanya di Gunung Tidar, Syeh Subakir juga diceritakan menanam tumbal di beberapa titik lain. Yang mana kemudian membuat kondisi energy di pulau ini menjadi stabil.

Sehingga manusia yang tinggal di atasnya tidak lagi mendapat gangguan seperti yang selama ini dirasakan.

Namun demikian, sebagaimana umumnya sebuah pusaka dengan kekuatan tertentu, sebuah tumbal yang dipasang juga membutuhkan perawatan.

Sebab bila tidak dirawat, bukan tidak mungkin kekuatan yang sebelumnya membantu pemasangnya, justru akan berbalik menyerang pemilik tumbal itu.

Spiritualis asal Maospati Magetan, Ki Lawu Maospati menyebutkan bahwa tumbal-tumbal tertentu terutama yang memanfaatkan energy jin memang berpotensi menjadi boomerang bagi pemiliknya.

Ini terutama bila si pemilik atau pemasang tumbal kemudian meninggal, dan tidak sempat memberitahu cara merawat tumbal tersebut pada orang yang ditinggalkannya.

Sehingga kemudian bila terjadi salah perawatan akhirnya membuat energy dari tumbal tersebut berubah menjadi negative, dan merugikan orang yang mendiami bangunan tempat tumbal itu terpasang.

Baca Juga: Onde-onde Kue Tradisional yang Legendaris, Tidak Ribet Kok Bikinnya

 “Pada dasarnya ada tiga jenis tumbal yang dipasang pada rumah atau tanah. Ada yang cuma berupa doa yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rajah, tapi ada juga yang berbentuk benda yang memiliki kekuatan gaib, seperti pusaka, kayu pengukur makam atau yang lainnya. Dan bentuk tumbal yang lain berupa bagian tubuh mahluk hidup, seperti kepala kerbau, kambing atau yang lainnya,” ujar Ki Lawu.

Tumbal berupa doa menurut Ki Lawu relative lebih aman, meski kekuatannya juga tidak terlalu besar.

Karena itulah, umumnya orang lebih banyak memiliki memasang tumbal yang berupa benda pusaka atau bagian tubuh binatang. Sebab tumbal dari jenis ini kekuatannya dipandang lebih instan dan bisa langsung dirasakan.

“Tumbal potongan bagian tubuh binatang biasanya terkait dnegan perjanjian gaib antara si pemasang tumbal dnegan mahluk penguasa suatu tempat. Tapi bisa juga tumbal ini terkait dnegan energy tertentu yang bersemayam di dalam sebuah pusaka yang dijadikan tumbal. Karena itulah, tumbal dari jenis tubuh binatang biasanya akan diberikan terus menerus dalam kurun waktu tertentu, untuk menjaga stabilitas energy yang ada di suatu tempat,” terang Ki Lawu.

Tumbal berupa potongan bagian tubuh binatang menurut Ki Lawu terbilang jenis tumbal yang mudah dilakukan.

Sebab pemilik bangunan atau tanah tinggal mengubur bagian kepala atau darah dari binatang tersebut dalam rentang waktu tertentu.

Namun jenis tumbal yang satu ini resikonya juga sangat besar. Sebab bila si pemilik kemudian lupa untuk menanam bagian tubuh binatang itu, maka resikonya si pemilik bisa jadi korban kekuatan gaib yang menguasai tanah atau bangunan yang ditempatinya.

Hal inilah yang kerap dialami oleh para pemilik tanah atau bangunan yang tidak mengetahui sejarah dari tanah atau bangunan yang dibelinya.

Apalagi biasanya si pemilik bangunan yang lama seringkali tidak pernah menceritakan kalau bangunan miliknya terpasang tumbal. Sebab hal itu biasanya justru membuat calon pembeli takut dan membatalkan niatnya.

Dengan ketidaktahuan sejarah inilah, kemudian para pemilik baru ini kerap tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengendalikan kekuatan energy yang bersemayam din tanah atau bangunan yang baru dibelinya.

Akibatnya berbagai gangguan kerap dialaminya, sehingga membuat kehidupannya tidak bisa tenang.

“Gangguan yang muncul bisa macam-macam. Ada yang akibatnya memunculkan konflik, sehingga siapa saja yang tinggal di rumah itu akan selalu bertengkar. Tapi ada pula yang akibatnya adalah meminta korban jiwa, baik itu pembunuhan atau bunuh diri. Hal ini tergantung dnegan kekuatan gaib yang menguasai tempat tersebut,” ujar Ki Lawu.

Baca Juga: Jangan Sampai Dilewatkan, Ini 6 Amalan Sunnah Sebelum Shalat Idul Fitri

Keris dengan khadam Buto Ijo disebut-sebut Ki Lawu sebagai tumbal yang kerap meminta korban jiwa bila salah dalam perawatannya.

Sebab Buto Ijo adalah jenis mahluk yang membutuhkan makanan berupa darah untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga setiap saat dia harus diberi makan darah, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk penanaman darah atau potongan bagian tubuh binatang.

Namun bila kemudian pada saat-saat tertentu tidak diberi sesaji, maka sang buto ijo akan memangsa si pemilik bangunan.

Meski demikian keberadaan mahluk Buto Ijo yang menjaga sebuah bangunan, secara umum bisa memberi perlindungan maksimal pada bangunan itu.

Sebab hampir tidak ada kekuatan gaib lain yang mampu menandingi kekuatan sang Buto Ijo. Sehingga bila ada orang yang akan berniat jahat pada pemilik bangunan, bisa dipastikan bahwa niat itu tidak akan bisa kesampaian.

Karena itulah tumbal seperti ini biasanya dipasang di tempat-tempat usaha seperti pabrik, toko ataupun sawah.***

Editor: Langgeng Widodo

Tags

Terkini

Terpopuler