Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Inilah Jejak Sejarah dan Makna Filosofi Kehidupan dalam Bangunannya

8 April 2023, 05:06 WIB
Selain menyimpan sejarah peradaban Islam Kasultanan Mataram, Masjid Gedhe Mataram Kotagede juga sarat filosofi kehidupan manusia /Arief Winarko/ KaranganyarNews/

KARANGANYARNEWS –  Mengunjungi salah satu destinasi bersejarah di Kota Yogyakarta, menjadi pilihan tersendiri untuk dapat mengenal sejarah dan peradabaan masa lampau. Salah satu destinasi sejarah yang dikunjungi KaranganyarNews.com, Masjid Mataram Kotagede.

Hingga saat ini Masjid yang terletak di kawasan wisata perak dan silver tersebut, masih menyimpan sederet jejak peradaban Islam di masa lampau. Kotagede, juga dikenal sebagai destinasi industri penghasil perak yang mudah ditemukan di sepanjang jalan Kotagede menuju Masjid Mataram Kotagede.

Masjid Mataram Kotagede  didirikan tahun 1587 M, dulunya tanah Masjid merupakan hutan Mentau. Semakin berkembangnya Islam, tempat ibadah umat Islam ini kemudian dibangun sebagai Masjid utama.

Baca Juga: Rekomended Teruntuk Ngabuburit: Inilah Eksoktinya 3 Destinasi Hutan Pinus Mangunan, Kabupaten Bantul

Masjid Kotagede Mataram dibangun dengan gaya khas Keraton Jawa, atapnya berbentuk limasan bertumpang tiga, serambi Masjid juga memperkaya suasana tradisional. Diperoleh keterangan, serambi inilah yang menjadi bangunan khas warisan Kasunanan Surakarta.

Dalam sejarahnya Masjid Kotagede merupakan hadiah dari Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan, atas keberhasilannya mengalahkan Arya Penangsang. Setelah berdiri Kerajaan Mataram Islam, Kotagede menjadi Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam.

Masjid ini dibangun oleh Kanjeng Panembahan Senopati, melalui beberapa tahapan, sebagai  penanda Masjid ini pernah direnovasi oleh Sri Susuhunan Paku Buwono  X pada tahun 1926, didirikan prasasti setinggi 3 meter di bagian depan Masjid yang bertuliskan Pakoe Boewono atau PB  X.

Baca Juga: Wajib Dicoba, Inilah Eksotik Sensasinya Ngabuburit di Bukit Bintang Bantul, Yogyakarta

Pada bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar, kemudian pada bagian atas prasasti terdapat lambang mahkota Kasunanan Surakarta. Pada prasasti ini, juga terdapat jam yang digunakan sebagai aturan waktu shalat. Masjid Gedhe Mataram, dibagi menjadi 3 bagian. Bagian luar, serambi, dan bagian dalam Masjid.

 Arsitektur bangunan Masjid memiliki ciri khas. Di bagian luar atau halaman Masjid terdapat gapura  yang diambil dari bahasa Arab, Ghafurah yang berarti Ampunan. Maksudnya, apabila kita akan masuk ke dalam Masjid harus mengucapkan syahadat yang menjadi syarat utama masuk Islam, untuk mendapatkan ampunan Allah.

Pada pagar bercorak Hindu yang mengelilingi Masjid, juga terdapat kemuncak memiliki tiga tingkatan melambangkan pemahaman ilmu manusia. Masing-masing syariat, hakikat, dan juga marifat.

Baca Juga: 5 Tempat Ngabuburit Paling Rekomended di Taman Wisata Alam Kapanewon Prambanan

Di taman Masjid terdapat satu pohon pohon sawo kecek berjumlah 17,  melambangkan jumlah rokaat sholat 5 waktu. Berdasarkan sejarah, corak ini wujud akulturasi antara Islam dan Hindu.

Kemudian masuk ke dalam serambi Masjid ada 5 pintu yang mengelilingi serambi Masjid menggambarkan lisan, tingkah laku, raut wajah, dan penampilan. 

Pada serambi  Masjid juga dikelilingi oleh kolam, dahulu kala kolam ini difungsikan  untuk mencuci kaki.  Kaki merupakan simbol dari manusia angkara yang memiliki sifat tercerah untuk melangkah, sehingga sebelum masuk ke dalam Masjid yang suci kaki harus dibersihkan terlebih dahulu.

Baca Juga: 6 Bukit Paling Instagramable untuk Ngabuburit Puasa Ramadhan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Di serambi Masjid ini juga terdapat beduk, bernama Kiai Dondong yang juga memiliki cerita sejarah. Dahulu ketika Sunan Kalijaga mengembara di desa Dondong Gulun Proko, melihat kayu gayam besar yang dimiliki oleh perempuan bernama Nyai Peringgit.

Lalu dimintalah kayu gayam tersebut, agar dikirimkan ke pusat Mataram yang ada di Kotagede untuk dibuat beduk. Hingga saat ini, beduk masih digunakan sebagai penanda telah masuknya waktu sholat.

Fungsi Masjid ini, menurut Sunan Kalijaga sebagai pusat kegiatan pengembangan agama Islam di pedalaman Pulau Jawa dan sebagai salah satu simbul landasan ideal Catur Gotro Tunggal.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Obyek Wisata Paling Ngehits di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta

Simbul Ketuhanan Yang Maha Esa, kerajaan sebagai simbul kepemimpinan. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada pembagian wilayah, sebelah timur ada Alun-alun sebagai simbul demokrasi atau kemufakatan, di sebelah utara Alun-alun ada pasar Kotagede sebagai simbol keadilan dan kemakmuran. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler