Candi Jago Bukti Kehebatan Toleransi Raja Kertanegara Singasari

9 Maret 2023, 16:35 WIB
Dari bangunan dan relief Candi Jago terkuat kehebatan toleransi beragama Raja Kertanegara dan toleransi agama besar saat itu, Buddha dan Hindu /BPCB Jatim/

KARANGANYARNEWS - Candi Jago atau biasa juga disebut Candi Jajaghu, candi yang dibangun Raja Kertanegara, raja paling besar kerajaan Singasari untuk mengenang dan menghormati ayahnya, Raja Ranggawuni (Jaya Wisnuwardhana).

 

 

Lewat candi yang dibuatnya ini, terkuat kehebatan toleransi beragama Raja Kertanegara. Seperti dilansir KaranganyarNews.com dari buku 'Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi: Candi Pra Majapahit', pada Candi Jago ditemukan adanya toleransi agama besar saat itu, yaitu Buddha dan Hindu.

Atas perintah Raja Kertanegara, bangunan suci Candi Jago didirikan untuk sarana beribadah dan pemujaan kedua agama besar yang berkembang di Kerajaan Singasari saat itu.

Baca Juga: Meruwat Kutukan Hidup di Candi Sukuh Gunung Lawu, Karanganyar

Candi Jago, mewujudkan kehebatan toleransi Raja Kertanegara Singasari. Bentuk bangunan Candi Jago merupakan bentuk Punden Berundak,   mengingatkan akan penghormatan Raja Kertanegara kepada leluhurnya (Raja Ranggawuni).

Sementara reliefnya, walaupun Candi Jago bernafaskan Budha, reliefnya tak hanya diambilkan dari cerita agama Buddha, tetapi juga dari ajaran Hindu. Relief yang bersifat Buddha, adalah relief Tantri (cerita binatang)  dan juga relief Kunjarakarna. 

Relief Kunjarakarna, menceritakan perjalanan Kunjarakarna berguru tentang agama Buddha kepada Wairasona. Sedangkan relief ajaran Hindu,  adalah  Parthayana. Relief dimulai Pandawa bermain dadu dan diakhiri Arjuna naik ke Gunung Indrakila. Selain itu, juga relief Arjunawiwaha dan Kresnayana.

Baca Juga: Taman Sari Jogja, Eksotika Peninggalan Sejarah Sultan Hamengku Buwono I

Dalam Negarakertagama pupuh 41, diperoleh gambaran kehebatan toleransi Raja Kertanegara. Dijelaskan, leluhur Kertanegara, Raja Wisnuwardhana adalah penganut agama Siwa Buddha, aliran keagamaan perpaduan Hindu dan Buddha. Dari agama yang dianut luluhurnya inilah,  Kertanegara membangun Candi Jago yang mencerminkan perpaduan dua agama.

Pembangunan Candi Jago berlangsung sejak tahun 1268 M sampai tahun 1280 M, walaupun dibangun sejak masa pemerintahan Raja Kertanegara Singasari, disebut dalam kitab Negarakertagama maupun Pararaton Candi Jago selama tahun 1359 M merupakan salah satu tempat keagamaan yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk, dari Kerajaan Majapahit.

Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga disebut Candi Tumpang.

Baca Juga: Eksoktik, Rekomended dan Wajib dicoba: Inilah Sensasinya Menginap di 5 Balkondes Sekitar Candi Borobudur

Penduduk setempat menyebutnya Cungkup. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah Jajaghu.

Arca-arca pada Candi jago, sebagian berada di Museum Pusat Jakarta dan sebagian lagi berada di British Museum London. Pada candi induk dahulu terdapat arca Amoghapasa yang dikelilingi oleh para pengikutnya, yaitu Bhrakuti, Sudhanakumara, dan Syamantara.

Para ahli berpendapat, arca Amoghapasa ini adalah arca perwujudan dari Raja Jaya Wisnuwardhana. Candi Jago berbentuk segi empat, luasnya 23 x 14 m. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti.

Baca Juga: 7 Tingkatan Kehidupan di Candi Cetho, Gunung Lawu, Karanganyar

Diperkirakan, tingginya mencapai 15 m. Bangunan candi menghadap ke barat, berdiri di atas batur setinggi sekitar 1 m dan kaki candi yang terdiri atas 3 teras bertingkat, makin ke atas, teras kaki candi makin mengecil.

Untuk naik ke lantai lebih atas, terdapat dua tangga sempit di sisi kiri dan kanan bagian depan (barat). Lantai yang terpenting dan tersuci, adalah yang paling atas, dengan bangunan yang letaknya sedikit bergeser ke belakang.

Pada tahun Saka 1272 atau 1350 Masehi, Adityawarman pembesar Majapahit melakukan perbaikan candi yang dibangun Raja Kertanegara ini. ***

Editor: Kustawa Esye

Tags

Terkini

Terpopuler